Suara.com - Sekelompok tim peneliti dari University of Washington Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) telah menemukan bukti bahwa jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.
Hasil tersebut diketahui setelah mereka menganalisis data kematian tiap negara yang mencakup faktor-faktor terkait pandemi virus corona.
Saat ini para ahli medis setuju bahwa sebenarnya jumlah kematian penderita Covid-19 lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh laporan pemerintah.
Pasalnya, dilansir dari Medical Xpress, banyak orang yang meninggal tidak tercatat sebagai korban Covid-19. Sebaliknya, mereka tercatat sebagai orang yang meninggal dengan sebab lain. Bahkan, beberapa kematian tidak tercatat sama sekali.
Untuk mengetahui faktanya, peneliti dari IHME menghitung perkiraan jumlah total kasus kematian di setiap negara dan menjumlahkannya untuk mengetahui total kematian secara global.
Studi ini melibatkan penyisiran catatan kematian dari setiap negara selama pandemi, kemudian membandingkan angka-angka tersebut dengan jumlah rerata kematian selama beberapa tahun terakhir.
Angka yang melebihi rata-rata diasumsikan sebagai kematian akibat Covid-19 atau faktor lain terkait pandemi, seperti peningkatan kemungkinan kematian akibat kanker karena sulit mencari pengobatan selama pandemi virus corona.
Setelah menganalisis data, para peneliti menemukan perbedaan besar antara penghitungan kematian resmi dengan yang mereka temukan.
Misalnya, di Mesir, melaporkan lebih dari 13.000 kematian, sedangkan jumlah IHME mencapai 170.000. Rusia melaporkan lebihi dari seratus ribu kematian, sementara tim IHME menemukan jumlahnya lebih dari 600 ribu.
Baca Juga: Toyota Mulai Beri Vaksin Covid-19 ke Karyawan dan Keluarga
Peneliti juga menemukan jumlah kematian di AS yang kemungkinan hampir dua kali lipat dari yang dilaporkan. Contohnya pada 3 Mei kemarin, dalam laporan kasus kematian AS hanya 574.043, sementara IHME melihat jumlahnya mendekati 905.289.
Jadi, para peneliti akhirnya menemukan bahwa perkiraan kematian di seluruh dunia jauh lebih rendah daripada kematian yang sebenarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter