Suara.com - Negara di seluruh India telah mengumumkan epidemi 'jamur hitam' karena kasus infeksi langka yang berisiko fatal telah meningkat pada penyintas Covid-19.
Sejauh ini lima da negara bagian, Tamil Nadu, Odisha, Gujarat, Rajasthan dan Telangana, yang menyatakan jamur hitam sebagai epidemi. Diperkirakan negara bagian lain akan menyusul.
Infeksi jamur mukormikosis memiliki angka kematian hingga 50 persen. Penyakit ini awalnya akan muncul di hidung penderita, tetapi kemudian dapat menyebar ke otak.
Seringkali infeksi ini hanya dapat disembuhkan dengan operasi pengangkatan mata atau bagian tengkoran dan rahang, lapor The Guardian.
Umumnya infeksi ini langka. Tetapi sekarang, sebanyak 7.200 orang di India sudah menderita mukormikosis dan 219 orang meninggal akibat infeksi jamur hitam tersebut.
Sebagian besar infeksi ini menyerang penderita Covid-19 parah. Ahli kesehatan setempat menduga hal itu berkaitan dengan penggunaan staroid yang berlebihan untuk mengobati infeksi virus corona.
Obat tersebut jika digunakan secara berlebihan dan dalam waktu lama dapat membahayakan sistem kekebalan secara akut.
Tingginya penderita diabetes di India juga diduga menjadi salah satu faktornya, mengingat India merupakan negara dengan tingkat diabetes tertinggi kedua di dunia. Kadar gula tinggi dapat menyebabkan tubuh mudah meradang.
Selain itu, pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator juga terinfeksi akibat saluran udara terpapar kelembapan.
Baca Juga: Mengenal Infeksi Jamur Hitam, Banyak Dialami Mantan Pasien Covid-19 India
Infeksi disebabkan oleh spora jamur mucormycetes yang terdapat di tanah dan bahan organik, biasanya dihirup oleh manusia dari udara.
Spora jamur masuk ke dalam tubuh dan menyebar di sekitar hidung dan rongga mata, menyebabkan hidung menghitam. Jika tidak dihentikan akan berpindah secara fatal ke otak.
Orang sehat biasanya dapat melawan infeksi ini, tetapi jamur akan menyebar secara cepat pada orang yang memiliki kekebalan terganggu.
“Jika spora memiliki akses ke (kadar) gula tinggi, spora akan tumbuh. Kami telah melihat hal ini terjadi pada pasien Covid-19 dengan diabetes dan gula yang tidak terkontrol, atau yang mengalami gangguan kekebalan atau telah diberi penekan kekebalan (steroid)," kata Balram Bhargava, direktur Indian Council of Medical Research.
Meningkatnya kasus menyebabkan kekurangan obat-obatan. Tetapi pemerintah mengatakan mereka sedang mengatasinya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis