Suara.com - Lewat penelitian yang dirilis jurnal American Heart Association’s Epidemiology, Prevention, Lifestyle, and Cardiometabolic Health Conference 2021, wanita yang mengalami menopause sebelum usia 40 tahun memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 40 persen lebih tinggi dibanding perempuan yang tidak memiliki transisi di masa lebih awal.
“Menopause dini secara sendirinya dikaitkan dengan risiko penyakit jantung koroner jangka panjang. Bahkan ini lebih tinggi pada penyakit jantung,” ungkap rekan kardiologi di Feinberg Scholl of Medicine Northwestern University Chicago, Priya M. Freaney, MD.
Dilansir dari Everyday Health, dikatakan wanita berkulit hitam juga terbukti mengalami tiga kali menopause dini dibanding dengan wanita kulit putih. Pada survei penelitian, terdapat 3.522 wanita kulit hitam dan 6.514 wanita kulit putih.
Ditemukan, mereka yang mengalami menopause dini sebesar 15,5 persen pada wanita kulit hitam, serta 4,8 persen pada wanita kulit putih.
“Kita perlu pelajari lebih lanjut determinan sosial dari rasisme kesehatan, sistemik, dan struktural untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Juga mengatasi faktornya untuk mencoba mencapai akar perbedaan ini,” tambahnya.
Sementara itu, penelitian sebelumnya juga tidak ditemukan terkait masalah menopause dini pada ras kulit.
“Aspek penelitian ini menunjukkan perbedaan ras yang signifikan, dan belum ditemukan pada penelitian lain terkait menopause dini,” ungkap direktur Pusat Kesehatan Wanita Mayo Clinic, Stephanie S. Faubion, MD.
Tujuan penelitian ini untuk menilai bagaimana menopause terhubung dengan penyakit arteri koroner. “Tujuan kami adalah untuk menilai bagaimana waktu menopause dikaitkan dengan jantung koroner atau arteri koroner, yang merupakan penumpukan plak arteri di sekitar jantung,” ungkap Priya M. Freaney, MD.
Belakangan, penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan hubungan antara menopause dini dengan penyakit jantung koroner sebelum usia 40 tahun, lewat pedoman Pencegahan Primer AHA-ACC pada 2019.
Baca Juga: Cegah Kematian Mendadak, Pencinta Olahraga Ekstrim Disarankan Lakukan Ini
Namun, penelitian sebelumnya juga telah mengamati perkembangan penyakit dalam jangka pendek, yang disambung studi baru ini selama beberapa dekade mulai dari tahun 1964 hingga 2017.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis