Suara.com - Kondisi bibir sumbing terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Hal tersebut dijelaskan oleh spesialis bedah dr. Yantoko, Sp.BP.
Ia mengatakan, bibir sumbing terjadi karena pertumbuhan janin tidak sempurna sejak usia kehamilan semester pertama. Akibatnya, otot bibir terputus sehingga mulut tidak tumbuh sebagaimana mestinya.
Kondisi ini pada akhirnya, membuat bayi tidak bisa menyusu baik menggunakan botol atau langsung pada payudara ibu.
"Karena otot bibir melingkar yang normal sedangkan pada pasien sumbing terputus sejak tiga bulan pertama kehamilan," jelas dokter Yantoko dalam webinar online, Selasa (25/5/2021).
Ia mengatakan bahwa bibir sumbing terjadi disebabkan banyak faktor, hingga sulit menentukan dengan pasti penyebabnya. Akan tetapi, penyebab yang paling dicurigai adalah karena adanya faktor genetik.
"Penyebabnya misalnya karena obesitas, misalnya kencing manis, infeksi, kekurangan gizi terutama asam folat, trauma pada saat hamil muda. Tapi yang dicurigai paling tinggi adalah genetik dan belum terpecahkan sampai sekarang bagaimana mencegah sumbing," ujarnya.
Kebanyakan kasus bibir sumbing bisa dideteksi sejak usia kehamilan setelah trisemester pertama.
Lewat pemeriksaan USG, dokter dapat melihat kondisi bibir janin jika tidak tumbuh dengan optimal. Namun saat itu, pengobatan belum bisa dilakukan.
Dokter Yantoko mengatakan, saat bayi baru lahir pun harus menunggu usianya hingga tiga bulan dengan berat badan minimal 5 kilogram untuk bisa dilakukan operasi bedah. Karenanya, ia menyarankan, pencegahan dilakukan bahkan sebelum menikah.
Baca Juga: Tasya Farasya Alami Keguguran, Ketahui Penyebab Umumnya
"Solusinya cara mengetahui atau mencegah, kita gak akan tahu sampai nikah, anak akan sumbing atau tidak. Jadi pencegahan pertama konsultasi pranikah. Biasanya ditanya apakah masih ada hubungan saudara dekat atau jauh," jelasnya.
Kemudian selama masa kehamilan, disarankan untuk memerhatikan kesejahteraan ibu sebaik-baiknya. Asupan gizi diperbaiki, tidak lupa kontrol ke dokter kandungan setiap bulan.
"Karena itu bisa dideteksi saat USG, biasanya setelah trisemester pertama itu kelihatan. Terakhir, perlu disadari bahwa ini adalah kehendak Tuhan, sama seperti kelahiran, meninggal. Cari faktor penyebab itu adalah usaha manusia. Tetap akhirnya adalah kehendak Tuhan," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar