Suara.com - Kematian tenaga kesehatan di masa pandemi Covid-19 menjadi perhatian serius Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, setidaknya ada 115.000 tenaga kesehatan yang meninggal dunia karena infeksi virus Corona, berdasarkan catatan WHO.
"Estimasi kami menyebut setidaknya ada 115.000 tenaga kesehatan yang meninggal di seluruh dunia, karena berkorban demi menyelamatkan nyawa orang lain," ujarnya dalam pembukaan Sidang Umum WHO ke-74, dilansir Anadolu Agency.
Ia mengatakan kemungkinan jumlah korban dari tenaga kesehatan bertambah tentu masih ada. Karena itulah, ia mengingatkan tiap negara untuk terus memikirkan kesejahteraan para tenaga kesehatan.
"Mereka bukan superhero, mereka manusia biasa seperti kita. Mereka marah dan letih, tertawa dan menangis. Ada yang masih menyimpan harapan namun banyak juga yang frustasi," pesannya.
Menurut Tedros, kurangnya akses kepada alat pelindung diri, vaksin, dan juga alat-alat kesehatan lainnya menjadi penyebab terbesar meninggalnya tenaga kesehatan.
Secara global, pasokan alat kesehatan, terutama vaksin, memang mengalami hambatan. Untuk itu, ia meminta kepada semua negara anggota WHO untuk saling membantu.
"Negara yang kini bisa memberikan vaksin kepada anak-anak dan populasi berisiko rendah melakukannya di tengah krisis vaksin yang membunuh tenaga kesehatan di negara-negara berkembang," terang Tedros.
Ia pun menyoroti distribusi vaksin yang tidak merata di seluruh dunia. Meski vaksin bukan jalan pintas mengakhiri pandemi, Tedros mengatakan vaksin penting demi menekan angka kematian pada tenaga kesehatan.
Baca Juga: WHO: Lebih dari 1,65 M Dosis Vaksin COVID-19 Disuntikkan di Seluruh Dunia
"Lebih dari 75 persen dosis vaksin yang disuntikkan hanya diberikan di 10 negara," ucapnya.
"Krisis vaksin ini merupakan bentuk nyata ketimpangan yang bisa menghambat penanganan pandemi," tutup Tedros.
Berita Terkait
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Suho EXO Bahas Patah Hati dan Perpisahan di Lagu Solo Terbaru 'Who Are You'
-
The Spy Who Dumped Me: Ketika Mila Kunis Jadi Mata-Mata Dadakan, Malam Ini di Trans TV
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ulasan Novel The Woman Who Met Herself: Sebuah Identitas dan Penyesalan
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar