Suara.com - Masalah kesehatan dan angka kesakitan di masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus ditangani negara sejak puluhan tahun lalu. Hanya saja, tren kesakitan yang terjadi di masyarakat berubah seiring waktu dan juga perkembangan zaman.
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa sejak tahun 2010, penyakit yang dialami masyarakat telah bergeser jadi lebih banyak penyakit tidak menular.
"Indonesia disebut sedang mengalami transmisi epidemiologi, di mana telah terjadi pergeseran dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular," kata Kabid Metode dan Teknologi Pemberdayaan masyarakat kemenkes dra. Herawati. M.A., dalam webinar bersama Young Health of Programme, Senin (31/5/2021).
Pada tahun 1950, penyakit menular masih menjadi faktor risiko tertinggi seseorang mengalami infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA. Herawati menyebut, tren kesakitan di masyarakat didominasi penyakit TBC dan diare.
Bahkan penyebab kematian juga lebih banyak disebabkan penyakit menular seperti TBC. Kemudian pada 2010 mulai terjadi pergeseran di mana penyakit tidak menular berada pada urutan lima besar penyakit kesakitan dan kematian di seluruh Indonesia, bahkan juga seluruh dunia.
"Sejak 2015, empat penyakit teratas penyebab kecacatan, kesakitan, dan kematian, seperti stroke, jantung, kanker, diabetes melitus. 60 persen penyebab kematian disebabkan penyakit tidak menular. Juga jadi beban terbanyak biaya kesehatan," ungkapnya.
Pola hidup sangat berperan memicu penyakit tidak menular. Herawati menyampaikan kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat bisa menyebabkan seseorang menjadi obesitas dan memiliki tekanan darah terlalu tinggi.
"Semua faktor itu berkontribusi menyebabkan penyakit tidak menular di mana semua saling terkait dan berkontribusi. Untuk itu kami perlu menggabungkan dan membudidayakan masyarakat hidup sehat atau kita sebut sebagai GERMAS," ucap Herawati.
Kampanye GERMAS telah diluncurkan Kemenkes sejak tahun 2017. Herawati menjelaskan bahwa gerakan itu harus dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk mempercepat dan mensinergikan tindakan upaya promotif dan preventif gaya hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan.
Baca Juga: Tips Turunkan Risiko Penyakit Kardiovaskular: Hindari Konsumsi Daging Saat Makan Malam!
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
8 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025, Baterai Awet Kamera Bening
-
Harga Emas Naik Terus! Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak di Atas 2 Juta!
-
Tutorial Dapat Phoenix dari Enchanted Chest di Grow a Garden Roblox
Terkini
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini