Suara.com - Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia bertanggung jawab atas hampir sepertiga atau 37 persen kematian akibat pemasan global dalam tiga dekade terakhir.
Hal itu terungkap dari hasil sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti internasional. Tim itu termasuk dari Universitas Bern di Swiss, Universitas Emory di AS melihat data dari 732 tempat di 43 negara antara 1991-2018.
Dilansir melalui News18, studi yang dipublikasikan di Nature Climate Change memperkirakan bahwa paparan panas dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia bertanggung jawab atas sekitar 0,6 persen dari total kematian musim panas.
Artinya lebih dari seratus ribu kematian per tahun jika diterapkan secara global.
Tim peneliti itu juga mengungkapkan bahwa beban kesehatan akibat perubahan iklim antropogenik sedang terjadi, dan tersebar luas secara geografis.
Jumlahnya bervariasi tergantung pada lokasi, dengan persentase kematian terkait perubahan iklim yang lebih besar terjadi di negara-negara yang lebih hangat daripada yang lebih dingin.
“Temuan kami mendukung kebutuhan mendesak akan strategi mitigasi dan adaptasi yang lebih ambisius untuk meminimalkan dampak kesehatan masyarakat dari perubahan iklim,” kata para peneliti.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 166.000 orang meninggal karena kematian terkait panas antara tahun 1998 dan 2017. Dan karena perubahan iklim, lebih banyak orang yang terkena gelombang panas daripada sebelumnya, Verge melaporkan pada hari Senin.
Antara tahun 2000 dan 2016, jumlah orang yang terpapar gelombang panas meningkat sekitar 125 juta," perkiraan WHO.
Baca Juga: Survei Ungkap Banyak Pria Lebih Takut Patah Hati daripada Sakit Jantung
Studi ini juga memberikan bukti lebih lanjut tentang manfaat potensial dari mengadopsi kebijakan mitigasi yang kuat untuk mengurangi pemanasan di masa depan dan memberlakukan intervensi adaptasi untuk melindungi populasi dari konsekuensi buruk dari paparan panas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!