Suara.com - Orang dengan penyakit bawaan atau komorbid terbukti lebih rentan tertular infeksi Covid-19. Lantas bagaimana dengan anak dengan penyakit bawaan, haruskah mengikuti sekolah tatap muka yang kemungkinan akan dimulai pada Juli 2021 nanti?
Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Bekasi Timur dr. Tuty Mariana menyarankan orangtua untuk memerhatikan kondisi lingkungan rumah serta sekolah sebelum mengizinkan anak melakukan sekolah tatap muka.
"Keputusan membolehkan anak kembali ke sekolah bergantung pada situasi penularan Covid-19 di lingkungan terkait, kesiapan sekolah dalam memberikan perlindungan, dan kesehatan anak itu sendiri."
"Bila ada masalah kesehatan yang membuat anak lebih rentan terhadap penularan Covid-19 di sekolah, orang tua sebaiknya memilih pembelajaran jarak jauh dulu," saran dokter Tuty melalui keterangan tertulis kepada suara.com, Senin (7/6/2021).
Kata Tuty, orangtua dan masyarakat di lingkungan sekolah wajib mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 pada anak-anak. Sebab, anak juga bisa terinfeksi virus di rumah atau di jalan saat perjalanan pergi atau pulang sekolah.
"Orang dewasa berusia 60 tahun ke atas dan masyarakat yang memiliki penyakit komorbid lebih berisiko sakit parah dan meninggal ketika terinfeksi virus corona. Maka dari itu, aturan pembukaan kembali sekolah mesti mengacu pada data tersebut," ucapnya.
Panduan dari pemerintah menyatakan guru dan staf bisa kembali ke sekolah asal dalam kondisi sehat sehat. Apabila anak memiliki komorbid, orangtua mesti memastikan penyakit yang diderita anak dalam kondisi terkendali.
Berikut tips dari Dokter Spesialis Anak Primaya Evasari Hospital dr. Ria Yoanita agar anak aman ke sekolah di tengah Pandemi Covid-19:
1. Cek Kesehatan Anak, Tetap di Rumah Jika Sakit
Di masa pandemi Covid-19, setidaknya ada termometer untuk mengukur suhu tubuh anak setiap hari. Akan lebih baik lagi jika ada thermo gun yang lebih cepat menampilkan hasil pengukuran suhu tanpa bersentuhan dengan permukaan kulit. Jika suhu tubuh anak di atas batas, batuk, dan sesak napas sebaiknya minta izin untuk tetap di rumah.
Baca Juga: Tanggapan KPAI Terkait Sekolah Tatap Muka, Perubahan Umum Vagina Setelah Melahirkan
2. Mengajarkan Praktik Kebersihan untuk Anak
Kebanyakan anak memang cenderung sulit menjaga kebersihan. Untuk itu, diperlukan trik agar anak bisa mempraktekkan hidup bersih. Ajarkan anak beberapa hal berikut;
a. Mencuci Tangan
Orang tua bisa mengajari anak mencuci tangan sambil menyanyi dengan durasi sekitar 20 detik. Pilih lagu kesukaan anak agar hatinya senang saat mencuci tangan.
b. Membawa Air Minum dan Peralatan Makan Sendiri dari Rumah
Di masa pandemi Covid-19, membeli makanan dan minuman dengan peralatan dari penjual berisiko menimbulkan penularan. Sebab, alat-alat itu digunakan oleh banyak orang secara bergantian. Meski sudah dicuci, tetap ada risiko penularan. Maka sebaiknya orang tua membawakan air minum dan makan sendiri dari rumah demi keamanan.
c. Membuang Sampah pada Tempatnya
Situasi pandemi membuat ajaran buang sampah dengan benar ini kian mendesak untuk diterapkan. Ajari anak cara mengenakan masker yang benar dan ingatkan untuk merusak masker dulu sebelum membuangnya agar tidak digunakan ulang.
3. Etika Batuk dan Bersin
WHO memperingatkan agar semua orang menerapkan etika batuk dan bersin, yakni:
- Tidak melepas masker saat bersin atau batuk karena masker dapat menahan percikan.
- Segera buang masker dan ganti dengan yang baru bila sudah basah.
- Tidak menyentuh wajah saat bersin atau batuk. Gunakan tisu atau lengan baju bagian dalam untuk menutupi hidung dan mulut.
- Cuci tangan dengan air bersih dan sabun atau hand sanitizer setelah bersin atau batuk.
- Orangtua dapat mengajari etika ini dengan memberikan contoh kepada anak. Anak akan lebih mudah mengikuti bila melihat langsung contoh dari orangtua.
4. Memilih Transportasi untuk Pergi ke Sekolah di Masa Pandemi Covid-19
Tidak disarankan untuk menggunakan transportasi umum bagi siswa untuk pergi dan pulang dari sekolah. Sebaiknya antar dan jemput anak dengan kendaraan pribadi bila memungkinkan. Jika tidak, sekolah dapat berkoordinasi dengan dinas perhubungan di daerahnya untuk menyediakan sarana transportasi khusus siswa sekolah, tidak bercampur dengan masyarakat umum.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan