Suara.com - Serangan jantung sering dikaitkan dengan kejadian kolaps bahkan kematian mendadak dalam kondisi apa pun, termasuk saat berolahraga.
Padahal serangan jantung tidak selalu jadi penyebab seseorang kolaps saat melakukan aktivitas fisik seperti saat berolahraga.
Dokter spesialis keolahragaan dr. Michael Triangto mengatakan, ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan seseorang alami kolaps saat olahraga.
Akan tetapi secara singkat, ia menyebut penyebab umumnya adalah adanya gangguan pada peredaran darah.
"Pada saat orang berolahraga tentunya dia menggerakkan anggota gerak ototnya. Dan otot tadi membutuhkan aliran darah yang berasal dari jantung sehingga denyutan jadi meningkat," jelas dokter Michael saat dihubungi Suara.com, Selasa (15/6/2021).
Denyut jantung yang meningkat selama berolahraga, kata dokter Michael, berisiko menyebabkan aritmia atau detak jantung tidak normal.
Kondisi itu juga yang pada akhirnya, berpotensi membuat aliran darah ke jantung jadi berkurang hingga menyebabkan serangan jantung.
Tapi selain serangan jantung, ia menyebut risiko kesehatan lain adalah terjadinya tekanan darah meningkat drastis dan menyebabkan pembuluh darah pecah hinggan serangan stroke mendadak.
"Karena itu seseorang yang meninggal (saat berolahraga) tidak selalu berasal dari serangan jantung," ucap dokter Michael lebih lanjut.
Baca Juga: Komentar Pertama Christian Eriksen Setelah Kena Serangan Jantung
"Bisa saja dia itu sebetulnya tekanannya tidak terlalu tinggi. Bukan serangan jantung, tidak mengalami aritmia jantung, tapi sejak sebelumnya pembuluh otak ada aneurisma dan pada saat berolahraga mengalami proses mengedan, menyebabkan pembuluh darah pecah," imbuhnya.
Karena itu pula, ia menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk tahu kondisi tubuh.
Memilih jenis olahraga yang akan dilakoni juga sangat disarankan. Pilih jenis olahraga dengan intensitas yang disesuaikan usia serta kemampuan fisik untuk mencegah risiko kolaps.
"Penting disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kesehatan saat itu. Tapi kalau masih terjadi sebagai atlet ataupun sebagai mantan atlet itu harus tetap diperiksakan kesehatannya, harus diperiksa kebugaran. Sehingga dokter bisa memberikan rambu-rambu hanya boleh olahraga sampai sekian karena kita sudah nggak ngajar lagi prestasi," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat