Suara.com - Sebagai makhluk hidup, manusia tentu pernah mengalami sakit. Namun secara alami, tubuh sebenarnya memiliki sistem pertahanan untuk melindungi diri dari serangan mikroorganosme ataupun penularan penyakit lain.
Namun, karena kondisi kesehatan tertentu atau disebabkan faktor genetik, seseorang bisa mengalami gangguan sistem pertahanan tubuh. Ada empat jenis gangguan sistem pertahanan tubuh yang berpotensi menyebabkan tubuh sakit.
Dikutip dari Ruang Guru, empat gangguan sistem pertahanan tubuh tersebut di antaranya:
1. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensitivitas berarti peningkatan sensitivitas atau reaktivitas terhadap antigen yang pernah dikenal sebelumnya. Dengan kata lain, tubuh akan menjadi lebih sensitif terhadap antigen-antigen tertentu. Respon imunitas menjadi terlalu berlebihan dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Biasanya setiap orang mengalami gejala alergi yang berbeda-beda, tetapi ada beberapa gejala yang umum dialami penderita alergi. Seperti gatal-gatal, ruam, mata merah, kram berlebih, dan kesulitan bernapas. Antigen yang menyebabkan alergi tersebut disebut alergen.
2. Autoimun
Autoimun adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel tubuh dengan sel asing sehingga sistem imunitas menyerang sel tubuh sendiri. Contohnya artritis rematoid, penyakit Grave, anemia pernisiosa, penyakit Addison, juga Lupus.
3. Imunodefisiensi
Baca Juga: Daftar Nomor Telepon Penting di Pontianak, Polisi, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, PLN
Imunodefisiensi merupakan kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespons antigen. Ada dua jenis imunodefisiensi, yaitu defisiensi imun kongenital dan AIDS.
Penderita defisiensi imun kongenital harus hidup dalam lingkungan steril karena tidak memiliki sel B dan sel T sejak lahir. Sedangkan jumlah sel T helper pada penderita AIDS terus berkurang sehingga sistem imunitasnya melemah. Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV.
4. Isoimunitas (Alloimunitas)
Isoimunitas ditandai dengan kondisi tubuh yang mendapatkan kekebalan dari individu lain yang melawan sel tubuhnya sendiri. Biasanya muncul akibat transfusi darah atau cangkok organ. Oleh karena itu, sebelum mendonorkan darah atau organ, ada serangkaian tes yang harus dijalani untuk mengetahui tingkat kecocokan antara organ dan penerima.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!