Suara.com - Di media sosial, ramai imbauan agar masyarakat berhenti menyebarkan informasi terkait Covid-19. Dikatakan, berita tentang Covid-19 hanya membuat ketakutan dan menyebabkan stres.
Bahkan ada juga institusi yang mengaku sebagai lembaga media mendeklarasikan diri akan menyetop memberitakan penambahan kasus positif dan kematian, dan hanya akan memberitakan angka kesembuhan saja.
Gerakan tersebut kemudian menuai pro dan kontra warganet. Beberapa mendukung, lainnya menyebut gerakan itu mengada-ada.
Menurut Konsultan Psikologi Lina Karlina S.Psi, informasi terkait kasus kematian akibat Covid-19 yang bertubi-tubi memang dapat menyebabkan kecemasan berlebih.
"Ini terjadi terutama bagi orang-orang yang mengalami gangguan kecemasan. tentunya ini bisa jadi pemicu trauma bagi orang-orang yang mengalami ditinggal orang terdekat," ungkapnya saat dihubungi Suara.com, Rabu (14/7/2021) kemarin.
Saat seseorang merasa cemas, hal tersebut bisa menurunkan imunitas, gangguan psikis hingga menyebabkan gejala psikosomatis.
Namun Lina juga berpendapat bahwa menyetop berita terkait Covid-19 bukan pilihan yang tepat terutama di tengah krisis seperti saat ini. Ia kemudian memberikan saran bagai masyarakat yang memilih untuk menyaring informasi.
"Jangan terlalu sering terpapar informasi yang hanya negatifnya saja. Tapi juga cari informasi dari beberapa orang yang mampu bertahan di tengah pandemi. Seperti pola hidup sehat yang mereka terapkan," ungkapnya lebih lanjut.
Untuk yang telah 'kena mental' terkait informasi Covid-19, Lina sangat menyarankan untuk berhenti mengonsumsi dan menjauhi informasi terkait Covid-19.
Baca Juga: Luhut Klaim Kasus Covid-19 di Jakarta Mulai Mendatar: Jangan Tambahin Lagi Masalah!
"Tips dari saya untuk menghindari dari cemas dan stres akibat berita Covid, pertama jauhi berita-berita tersebut. Kedua kurangi bermain gadget, dan lakukan kegiatan aktivitas fisik seperti olahraga. Ketiga, banyakin aktivitas berbicara dengan keluarga di rumah," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis