Suara.com - Kasus positif Covid-19 di Indonesia turun menjadi 44 ribu kemarin, di hari ke-16 PPKM darurat. Jumlah itu turun setelah sebelumnya tembus 50 ribu dalam empat hari berturut-turut.
Akan tetapi, epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan bahwa penurunan itu bukan berarti menjadi tanda pandemi terkendali. Menurutnya, perlu melihat tiga hal untuk memastikan wabah Covid-19 sudah terkendali.
"Pertama adalah tes positivity rate itu harus menurun mengarah ke 5 persen. Selama belum mencapai 5 persen, kita masih dalam status pandemi, belum terkendali," kata Dicky saat dihubungi suara.com, Minggu (18/7/2021).
Dicky mengingatkan, meski keterisian tempat tidur di rumah sakit menurun, tidak akan berarti apa-apa jika positivity rate masih tinggi. Justru, ia meragukan kapasitas tes positif yang dilakukan.
Kedua, lanjutnya, angka reproduksi (tingkat potensi penularan virus) di Indonesia juga masih tinggi. Agar terkendali, angka reproduksi Indonesia harus di bawah 1. Sebab menurut Dicky, kalaupun angka reprodiksi telah 1, tetap ada kemungkinan virus berpindah antar manusia.
Faktor ketiga ditandai dengan dua hal yang berdekatan atau disebut juga lagging indikator. Dicky menjelaskan, jika tingkat hunian rumah sakit turun, artinya seluruh fungsi layanan kesehatan, seperti ICU, IGD, dan lainnya sudah berjalan kembali normal. Juga diikuti dengan angka kematian yang menurun.
"Semua indikator utama itu harus memiliki tren yang sejalan. Kalau tidak, itu berarti belum terkendali," ucapnya.
Menurut pandangan Dicky juga, kasus positif harian naik sebenarnya bisa menunjukan hal baik ketika itu dilakukan dengan cakupan testing dan tracing yang tinggi. Juga dilanjut dengan karantina.
"Ini yang harus diubah dalam paradigma masyarakat dan pemerintah karena menemukan kasus infeksi itu fatal dan vital. Kalau diabaikan akan berakibat fatal, kita jadi tidak bisa melakukan pencegahan, tidak bisa melakukan perawatan dukungan secara cepat, tidak bisa melakukan karantina yang efektif. Padahal isolasi karantina itulah yang akan memutus mata rantai penularan," paparnya.
Baca Juga: Positif COVID-19 di Bogor Cetak Rekor, 928 Kasus Sehari
"Misalnya kasus kita 100.000 pun tidak masalah asal ada tindak lanjutnya, selain yang 4 empat indikator tadi. Jadi kesimpulan saya, sejauh ini PPKM ini belum gagal tapi juga belum signifikan menurunkan kasus," imbuhnya.
Meski begitu, PPKM darurat dipandang berpotensi kendalikan pandemi karena angka reproduksi relatif stabil sejak awal menjelang perpanjangan masa PPKM.
"Itu satu juga tanda yang cukup positif bahwa ada peran dari PPKM darurat, jangan sampai sebelum mencapai buahnya, sudah berhenti," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?