Suara.com - Banyak orang mungkin tidak nyaman dengan adanya bulu hidung dan ingin membersihkannya. Tapi, bulu hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup untuk melindungi kita dari infeksi oleh virus di udara, bakteri dan patogen lainnya.
Secara medis, bulu hidung dikenal sebagai vibrissae yang menawarkan perlindungan terhadap kuman menular dan sudah dipercaya selama lebih dari satu abad.
Pada tahun 1896, sepasang dokter di Inggris menulis dalam jurnal medis The Lancet bahwa bagian dalam dari sebagian besar rongga hidung normal adalah aseptik sempurna (steril).
Di sisi lain, vestibulum nares (lubang hidung), vibrissae yang melapisinya, dan semua krusta yang terbentuk di sana dipenuhi bakteri. Kedua fakta ini tampaknya menunjukkan bahwa vibrissae bertindak sebagai penyaring dan sejumlah besar mikroba tersaring oleh bulu hidung,
Kesimpulan para dokter Inggris ini mungkin terdengar logis. Tapi, tidak ada yang benar-benar mempelajari bahwa bulu hidung bisa memudahkan kuman menembus lebih dalam ke saluran pernapasan.
Pada tahun 2011, para ahli baru mempelajari hubungan kepadatan bulu hidung dengan penyakit. Dalam sebuah penelitian terhadap 233 pasien yang diterbitkan di Arsip Internasional Alergi dan Imunologi, tim peneliti dari Turki menemukan bahwa orang dengan bulu hidung yang lebih lebat cenderung tidak menderita asma.
Para peneliti menghubungkan temuan ini dengan fungsi penyaringan bulu hidung. Pengamatan mereka menarik, tetapi itu adalah penelitian observasional yang tidak dapat membuktikan sebab dan Akibat. Selain itu, asma bukanlah infeksi.
Para peneliti juga tidak melakukan studi lanjutan untuk menyelidiki risiko lebih lanjut menghilangkan bulu hidung terhadap asma atau infeksi penyakit lainnya.
Para dokter di Mayo Clinic pun membutuhkan waktu hingga tahun 2015 untuk melihat efek menghilangkan bulu hidung pada kesehatan. Para peneliti mengukur aliran udara hidung pada 30 pasien sebelum dan sesudah memangkas habis bulu hidungnya.
Baca Juga: Cegah Penularan Virus Corona ke Bayi Lewat ASI, Ini Cara Menyusui yang Aman
Hasilnya dilansir dari Indian Express, menghilangkan bulu hidung menyebabkan peningkatan ukuran subjektif dan objektif aliran udara hidung. Peningkatan terbesar terjadi pada mereka yang memiliki bulu hidung paling banyak.
Tetapi, apakah aliran udara hidung yang lebih baik berkorelasi dengan risiko infeksi penyakit yang lebih tinggi?
Sejauh ini, belum ada Penelitian mengenai hal tersebut secara langsung. Namun, Dr David Stoddard, penulis utama studi Mayo, menemukan partikel besar dari kotoran, bakteri atau virus yang tak sengaja terhirup akan terperangkap di bulu hidung.
Tapi, itu hanya partikel besar yang terjebak di bulu hidung. Sedangkan, partikel virus, bakteri atau kotoran yang lebih kecil bisa melewati bulu hidung dengan cara apapun.
Berdasarkan penelitian terbatas pada bulu hidung, tidak ada bukti bahwa memangkas atau mencukur bulu hidung meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar