Suara.com - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. Zubairi Djurban, Sp.Pd., mengungkapkan bahwa lonjakan kematian akibat infeksi virus corona saat ini tak lepas dari kondisi pandemi yang terjadi di Indonesia dalam dua bulan terakhir. Ia juga mengkritik layanan rumah sakit dan laboratorium tes Covid-19.
Prof Zubairi membenarkan bahwa masih terjadi antrean panjang pasien Covid-19 untuk mendapatkan tempat tidur di rumah sakit. Selain itu, kurangnya pasokan oksigen untuk RS dan isolasi mandiri (isoman) yang kurang tertangani menyebabkan sekitar 30 ribu orang meninggal akibat Covid-19 selama Juli 2021.
"Laporan dari lapangan, puskesmas dan pasien itu memang kesulitan menghubungi hotline rumah sakit. Mereka coba menghubungi namun tidak ada yang angkat. Akibatnya, ambulans dari puskesmas tidak bisa jalan ke rumah sakit. Pasien pun tidak tertangani dan akhirnya meninggal," kata Ketua Satgas Covid-19 IDI itu, dikutip dari tulisannya di Twitter, Jumat (6/8/2021).
"Jadi, saya mohon banget, hotline di rumah sakit itu dibuka dan direspons. Karena ambulans dari puskesmas baru bisa berangkat kalau rumah sakit yang dituju memberi jaminan," kritiknya.
Rumah sakit memang makin sulit untuk merawat pasien Covid-19 secara intens. Bahkan ada yang terpaksa menolak pasien karena tempat tidur sudah penuh, lanjut prof Zubairi. Di sisi lain, tenaga medis dan kesehatan juga kewalahan.
Meski begitu, prof Zubairi meminta agar rumah sakit tetap merespons layanan hotline dari puskesmas, bagaimanapun daruratnya kondisi di rumah sakit.
"Paling tidak memberi informasi faktual saat itu," ucapnya.
Hal lain yang juga harus menjadi sorotan, lanjut prof Zubairi, terkait keberadaan laboratorium yang menjadi tempat tes antigen dan PCR. Menurutnya, seharusnya laboratorium juga punya kewajiban untuk memberikan konsultasi dan merujuk pasien terkonfirmasi Covid-19 ke puskesmas atau rumah sakit.
"Bukan cuma setelah hasil tes diberikan, disudahi begitu saja. Modelnya bisa mirip-mirip dengan tes HIV dulu. Yakni bersamaan hasil tes keluar dari lab, ya sudah sepaket dengan konsultasi dan memberi jalan kepada pasien untuk melakukan apa. Ini harus jadi konsern," usulnya.
Baca Juga: Mensos Risma Sebut 11.045 Anak Indonesia jadi Yatim Piatu Akibat Covid-19
Bukan hanya itu, prof Zubairi juga menyoroti peristiwa isoman yang banyak dilakukan masyarakat tetapi tidak punya pengetahuan cukup terkait kesehatan. Ia menegaskan bahwa meski isoman di rumah, pasien Covid-19 tetap memerlukan konsultasi dengan dokter.
Ia bersyukur, di beberapa daerah telah bisa diakses layanan telemedicine yang menghubungkan secara daring pasien Covid-19 yang isoman dengan dokter. Dokter spesialis penyakit dalam itu berharap layanan telemedicine bisa semakin merata terakses di seluruh daerah.
"Saya kira ini bagus sekali dan saya salut kepada teman-teman dokter yang sudah melaksanakannya. Semoga, daerah yang sudah melakukan telemedicine dan berhasil, bisa menjadi prototipe daerah lain untuk melakukannya juga," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi