Suara.com - Varian Delta, yang menyumbang lebih dari 90 persen kasus COVID-19 di Amerika Serikat, telah mengambil mutasi baru dan dipecah menjadi beberapa subtipe, yang diklasifikasikan sebagai varian Delta Plus.
Varian Delta Plus yang mengacu pada tiga subtipe AY.1, AY.2, dan AY.3 — terlihat sangat mirip dengan varian Delta asli, tetapi mengandung beberapa perubahan.
Sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Delta Plus akan lebih jadi masalah dibanding varian delta asli.
“Saat ini, tidak ada alasan untuk percaya bahwa Delta Plus akan menimbulkan lebih banyak tantangan di atas dan di luar Delta — tetapi, jelas, kami membutuhkan lebih banyak data untuk [mengetahuinya] secara pasti,” Dr. Amesh Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins dan seorang ahli penyakit menular, dilansir dari Healthline.
Lalu apa saja bedanya? Lalu, apa Fakta varian delta plus terbaru? Berikut ini rangkumannya.
Beda varian delta dan delta plus
Delta, misalnya, memiliki serangkaian mutasi yang membuatnya sangat baik dalam menginfeksi orang, jelas Dr. F. Perry Wilson, seorang dokter dan peneliti Yale Medicine di Yale School of Medicine.
“Itulah mengapa begitu cepat mengambil alih,” kata Wilson.
Karena Delta adalah varian dominan yang beredar, kita akan melihatnya terus bermutasi saat menginfeksi orang baru.
Baca Juga: Pedagang Pecel Sumbangkan Uang Tabungan Buat Bantu Pemerintah Tangani Pandemi
“Sebagian besar mutasi itu tidak akan memiliki signifikansi, tetapi mungkin ada beberapa yang melakukannya,” kata Adalja.
Varian Delta Plus muncul dari Delta, mungkin pada orang yang tertular infeksi varian Delta. Ini berbagi hampir semua kode genetik yang sama dengan varian Delta asli, tetapi mengandung beberapa perbedaan.
Salah satu mutasinya juga diidentifikasi dalam varian Beta, pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, menurut Wilson.
Mutasi ini dianggap memberikan beberapa resistensi terhadap perawatan antibodi monoklonal yang diberikan kepada orang dengan COVID-19 yang parah. Tetapi perawatan itu bukan andalan pertahanan melawan COVID-19.
Menurut Adalja, Delta Plus tampaknya tidak berperilaku berbeda dari Delta.
“[Saya belum melihat apa pun] yang pasti bahwa mutasi tambahan yang dilacak di Delta Plus memiliki dampak besar pada bagaimana virus berperilaku,” kata Adalja kepada Healthline.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat