Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memastikan bahwa keputusan menurunkan tarif rapid diagnostic test (RDT) antigen tidak akan memengaruhi kualitas hasil tes cepat Covid-19 tersebut.
Hal ini perlu ditekankan guna menjawab keraguan masyarakat yang mempertanyakan kualitas akurasi hasil tes Covid-19.
Sebelumnya, tarif rapid test antigen diputuskan untuk turun dari Rp275 ribu menjadi Rp99 ribu di pulau Jawa-Bali, dan Rp109 ribu untuk daerah lainnya.
Diungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Profesor Abdul Kadir yang mengatakan penurunan tarif antigen tidak lantas membuat syarat izin edar antigen dipermudah.
Kemenkes tetap punya aturan standar validasi sensitfitas alat antigen yang ketat, dimana validasi ini dilakukan khusus oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI.
"Bahwa semua rapid test diagnostik antigen yang beredar di pasaran itu dilakukan semacam validasi oleh Baitbangkes, sampai dimana sensitifitasnya, dan sejauh mana sensitifitasnya, kalau gak salah di atas 95 persen," ujar Profesor Kadir saat konferensi pers beberapa waktu lalu.
Profesor Kadir menjelaskan, bahwa hanya alat rapid test antigen yang memenuhi syarat validasi sensitifitas ini yang berhak mendapatkan izin edar oleh Kemenkes RI.
Hasinya, kini semua alat rapid test antigen yang beredar di pasaran sudah divalidasi oleh Kemenkes RI, baik kualitas dan sensitivitasnya mendeteksi virus corona penyebab sakit Covid-19.
"Sehingga dengan demikian, kita bisa berikan jaminan semua rapid diagnostik antigen yang beredar secara resmi di pasaran, itu kualitasnya bisa dipertanggung jawabkan," jelasnya.
Baca Juga: Pertama Kalinya Sejak 2020, Angka Pasien Covid di RSD Wisma Atlet di Bawah Seribu Orang
Setelah izin edar diberikan kepada produsen alat rapid test antigen, Kemenkes RI juga tidak lepas tangan, karena akan ada validasi evaluasi berkala untuk mengawal kualitas alat antigen di pasaran agar tetap sesuai standar yang ditetapkan.
"Sehingga rekanan atau distibutor harus memberikan sampel yang banyak kepada Balitbangkes, untuk dilakukan validasi akurasi dari hasil pemeriksaan rapid test antigen," ungkap Profesor Kadir.
Evaluasi validasi akurasi hasil antigen ini nantinya akan dibandingkan dengan hasil tes golden standar dari PCR untuk Covid-19, lalu dipilih mana antigen dengan sensitivitas tertinggi.
"Kalau sensitifitasnya di bawah standar oleh Balibangkes, maka pasti tidak akan direkomendasikan untuk mendapatkan izin edar," pungkas Profesor Kadir.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci