Suara.com - Saat kondisi sedih atau terpuruk, pikiran kerap tak mampu berpikir jernih. Hal itu pada akhirnya berpotensi membuat seseorang mengambil tindakan keliru.
Salah satunya melampiaskan pada obat-obatan terlarang seperti zat psikotropika yang diklaim dapat memberikan efek menenangkan.
Tapi apakah benar zat tersebut dapat memberi efek tenang? Adakah efek sampingnya bagi kesehatan?
Dikutip Ruang Guru, psikotropika sebenarnya zat atau obat alami dan sintetik nonnarkotika yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Berdasarkan dampaknya bagi tubuh, psikotropika terbagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
1. Stimulan
Stimulan adalah kategori psikotropika yang apabila dikonsumsi akan merangsang kerja sistem saraf pusat dan kerja organ. Ketika seseorang menggunakan stimulan, dia akan merasa senang dan bahagia berlebihan.
Efek "senang" dari psikotropika berbeda dengan senang setelah aktivitas positif lain.
Perasaan "senang" yang timbul akibat priskotropika akan menurunkan daya koordinasi tubuh. Hal ini terjadi karena tubuh kekurangan neurotransmitter, zat yang bisa mengantarkan impuls saraf.
Otak memiliki dopamine, neurotransmitter yang berfungsi menimbulkan perasaan bahagia. Contohnya, saat makan es krim cokelat, dopamine akan membuat tubuh merasakan lezatnya es krim tersebut dan merasa senang
Sedangkan pada penggunaan psikotropika, seseorang akan merasa "butuh rasa senang" tersebut secara terus-menerus yang kemudian memunculkan kecanduan terhadap obat-obatan tersebut.
Baca Juga: Erick Thohir Pastikan Stok Obat-obatan di BUMN Cukup untuk 2 Bulan ke Depan
Ketika efek candu itu muncul, bagaimana pun si pengguna akan berusaha mencari jenis psikotropika tersebut. Jika tidak mendapatkan obat-obatan tersebut, perasaan frustasi akan muncul dan masuk ke dalam fase kesepian yang sebelumnya coba dihindari.
Adapun contoh dari psikotropika jenis stimulan adalah ekstasi dan amfetamin.
2. Depresan
Berbeda dengan stimulan yang akan memberikan efek “senang dan aktif”, depresan ini sebaliknya. Ini adalah jenis psikotropika yang membuat sistem kerja saraf menurun.
Saat seseorang mengonsumsi depresan, badannya akan cenderung menjadi tenang dan rileks. Tapi jika berlebihan dikonsumsi, seseorang bisa tidak sadarkan diri.
Dua di antara contoh depresan yakni, diazeoam dan amomarbital.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern