Suara.com - Tidur telanjang dipercaya bisa meningkatkan kualitas istirahat bagi orang yang kurang tidur, meningkatkan kesehatan dan penampilan kulit. Banyak penelitian yang telah mengakui manfaat tidur telanjang atau tanpa pakaian.
Tapi, seorang dokter di Amerika menyarankan semua orang tidak tidur telanjang karena kuman bisa menempel pada sprei.
Hal ini perlu dipertimbangkan karena sama pentingnya dengan menjaga kesehatan.
Anthony Youn MD, ahli bedah plastik yang berbasis di Detroit menjelaskan risiko seseorang seharusnya tidak boleh tidur telanjang. Ia mengatakan bahwa rata-rata orang kentut 15 sampai 25 kali sehari dan ini bisa terjadi saat tidur.
Sebuah studi ilmiah membuktikan setiap kali Anda kentut, Anda mengeluarkan sejumlah kecil kotoran.
Begitu pula ketika Anda mengalami keputihan, maka akan lebih banyak partikel kotoran yang terperangkap.
Karena itu, ahli menyarankan semua orang tetap mengenakan pakaian selama tidur.
Ahli Bedah Plastik Holistik Amerika, Dr Youn menyarankan pria juga harus mengenakan celana ketika tidur dan rutin mengganti seprai.
Para penelti pun telah melakukan percobaan dengan meminta seseorang mengeluarkan kentut langsung ke dua cawan petri dari jarak 5 meter setelah berpakaian lengkap dengan celana panjangnya.
Baca Juga: Virus Corona Varian Delta atau MU, Mana Paling Menular dan Mematikan?
Dalam semalam, cawan petri sudah memiliki dua jenis gumpalan bakteri yang biasanya ditemukan di usus atau kulit.
Dokter Kruszelnicki dilansir dari Express, mencatat bahwa angin atau kentut yang melewati pakaian tidak menyebabkan bakteri tumbuh di cawan petri. Hal ini menunjukkan bahwa pakaian bisa bertindak sebagai filter.
"Deduksi kami adalah zona enteric di cawan petri kedua disebabkan oleh flatus itu sendiri. Tampaknya flatus bisa menyebabkan infeksi bila seseorang tidur telanjang," kata Dokter Kruszelnicki.
Tetapi, jangan terlalu mengkhawatirkan temuan ini karena kedua jenis bakteri itu tidak berbahaya. Bakteri tersebut mirip dengan bakteri yang ditemukan dalam yogurt.
Sel kulit mati, keringat, dan air liur juga bisa menyebabkan kuman terperangkap di seprai dengan tes laboratorium menunjukkan sarung bantal bisa menampung 17 ribu kali lebih banyak koloni bakteri daripada sampel dari toilet.
Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa tubuh manusia melepaskan lebih dari 500 juta sel kulit setiap hari, yang dapat menumpuk di seprai saat tidur. Hal ini dapat menarik tungau debu, yang kotorannya bisa memicu alergi, asma dan menyebabkan gejolak berlebih.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan