Suara.com - Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang dianggap sukses karena berhasil mencegah terjadinya klaster baru infeksi Covid-19. Kesuksesan Jepang sebagai tuan rumah ajang olahraga sedunia itu terjadi karena diterapkannya protokol kesehatan (prokes) yang sangat ketat.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Ir. Heri Akhmadi mengatakan, Jepang memberlakukan prokes ketat mulai sejak kontingen atlet berangkat dari masing-masing negara hingga selesai turnamen dan kembali pulang ke negara asal.
Selama di Jepang, atlet dan tim pendamping hanya boleh tinggal di sekitar area pertandingan, yakni atlet village, tempat latihan, dan lapangan pertandingan. Minimnya pergerakan dan interaksi yang diperbolehkan berdampak pada psikologis para atlet.
"Sebenarnya para atlet tidak dapat keluar dari atlet village. Kalau pun keluar hanya ke tempat pertandingan dan tempat latihan dengan menggunakan kendaraan yang sudah ditetapkan oleh panitia. Ini memang aturan sangat ketat," kata Heri dalam webinar daring Satgas Covid-19, Rabu (15/9/2021).
"Sesungguhnya dalam lingkungan hidup yang bubble itu para atlet sangat stres. Jadi sangat dibutuhkan psikiater dan psikolog," tambah Heri.
Heri mengungkapkan, penerapan prokes yang sangat ketat selama penyelenggaran olimpiade lantaran Tokyo ketika itu masih dalam tingkat status darurat paparan Covid-19. Sehingga berbagai aturan disesuaikan untuk mencegah penularan virus corona.
Prokes tersebut ditetapkan mulai dari proses kontingen akan berangkat ke Jepang. Semua atlet juga tim yang akan berangkat harus sudah mendapatkan vaksin Covid-19.
Selain itu, persiapan administrasi juga harus dipastikan lengkap dengan penyusunan rencana aktivitas selama penyelenggaraan olimpiade, memastikan izin masuk dari otoritas NOC (pihak penyelenggara olimpiade di Jepang), juga persiapan logistik.
"Kemudian 14 hari sebelum keberangkatan ke Jepang harus telah dilakukan berbagai cek kesehatan, seperti cek suhu harian, tes PCR 3x24 jam sebelum keberangkatan," jelasnya.
Baca Juga: Menpora: Atlet Paralimpiade dan Olimpiade Indonesia Kini Sejajar
Setibanya di Jepang, ruang gerak 'bubble' itu langsung diberlakukan. Begitu tiba di bandara Jepang, para atlet dan tim harus segera menuju Wisma atlet. Penempatan kamar hingga ruang makan kontingen dikelompokkan berdasarkan kondisi kasus Covid-19 dari negara asal atlet.
"Setiap negara punya bagian. Tetapi kemudian di tempat makan ditentukan wilayah-wilayah. Sedihnya, Indonesia masuk golongan merah artinya tingkat emergency yang tinggi. Maka kita boleh campur tempat makan dengan atlet lain untuk empat hari pertama," tuturnya.
Setelah melewati batas waktu yang ditentukan, para atlet baru bisa saling bersinggungan, baik dengan pihak kedutaan maupun atlet dari negara lain.
Selama berada masa olimpiade, atlet dan anggota kontingen harus mengaktifkan aplikasi yang disediakan Jepang sebagai pelacakan kegiatan dan tracing Covid-19 hingga waktu kepulangan.
Heri menyampaikan, begitu ketatnya aturan protokol kesehatan yang ditetapkan Jepang selama Olimpiade Tokyo, panitia setemoat juga tidak segan memulangkan atlet manapun yang melanggar aturan.
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!