Suara.com - Belakangan cukup tren makan di kolam dengan kudapan yang diapungkan. Di media sosial, hotel, vila, dan resor-resor sering kali menghadirkan fasilitas ini untuk memberikan kesan mewah.
Sayangnya, makan dengan gaya yang fancy tersebut tak baik untuk kesehatan.
Melansir dari Healthshots, ahli gizi terkenal Kavita Devgan menyatakan bahwa meski terlihat santai dan menenangkan, makan terapung belum tentu mbaik untuk kesehatan.
“Berenang bukanlah cara terbaik untuk menenangkan perut yang kenyang. Sebenarnya, yang terbaik adalah masuk ke kolam setidaknya satu jam setelah Anda makan sesuatu. Plus, kemungkinan besar jika Anda makan sambil bergerak di kolam renang, apa yang Anda makan kemungkinan besar tidak akan dicerna dengan baik,” ujar Devgab.
Sejak dahulu kala, ada banyak kekhawatiran tentang menggabungkan berenang dan makan di air.
Ahli Gizi Fungsional, Manjari Chandra mengarahkan perhatian pada aspek fisiologis tentang bagaimana tubuh memfokuskan semua energi dan sumber dayanya untuk mencerna, mengasimilasi, dan menyerap makanan seefisien mungkin.
“Makan itu sendiri bukan hanya tindakan untuk memuaskan rasa lapar tetapi juga untuk menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan semakin banyak fokus pada makan intuitif dan makan penuh perhatian, selalu merupakan ide yang baik untuk makan dalam pengaturan di mana Anda dapat memantau dan mengontrol jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi," ujar Chandra.
"Itulah sebabnya ada anjuran untuk tidak mencampur makanan dengan kesenangan dan menonton televisi,” imbuhnya.
Tidak ada salahnya menikmati sarapan terapung asalkan dibatasi sekali atau dua kali.
Baca Juga: 11 Cara Sederhana Cegah Diabetes Melitus, Stop Merokok dan Banyak Minum Air Putih Ya
“Perairan seperti kolam renang dapat menjadi sumber infeksi serius dari berbagai bakteri yang terbawa air,” kata Chandra.
Makan di kolam renang meningkatkan kemungkinan infeksi yang ditularkan melalui makanan seperti Clostridium, Pseudomonas, Escherichia coli (E. coli). Selain itu, air kolam memiliki bahan kimia seperti klorin, bromin, asam klorida. Bahan kimia ini ditambahkan untuk mendisinfeksi atau membunuh mikroorganisme di dalam air.
“Air kolam renang tidak dimaksudkan untuk diminum karena bahan kimia ini. Makan di kolam renang dapat menyebabkan seseorang mengonsumsi air kolam, menyerap bahan kimia berbahaya ini,” imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek