Suara.com - Pasien kanker tiroid yang telah selesai menjalani pengobatan disarankan tetap rutin melakukan skrining, dengan mengecek benjolan di leher. Apa sebabnya?
Menurut dokter spesialis kedokteran nuklir dari Universitas Padjadjaran, dr. Ryan Yudistiro, SpKN(K) Ph.D, FANMB, kanker tiroid bisa saja kambuh kembali dan kemungkinan penyebaran biasanya dimulai dari leher, sehingga meraba leher menjadi rekomendasi.
Kanker tiroid umumnya menyerang kelenjar tiroid yang terletak tepatnya di bawah jakun, berbentuk seperti perisai. Kelenjar ini berfungsi mengatur metabolisme tubuh dan fungsi lainnya seperti suhu.
"Kita lihat ada kekambuhan atau tidak, ada penyebaran kelenjar getah bening di leher atau tidak karena pertama kali kanker tiroid itu kambuh atau menyebar itu mulai di leher. Coba setiap bangun tidur, raba leher apakah ada benjolan baru atau tidak," ujar dia dalam webinar yang diselenggarapan Vipmed Specialist Team bertajuk "Kanker Tiroid Sudah Menyebar, Harus Bagaimana?" dilansir ANTARA.
Bila benjolan ditemukan, maka pasien perlu berkonsultasi pada dokter yang merawatnya. Selanjutnya, dokter umumnya meminta pasien melakukan pemeriksaan USG leher dan pemeriksaan laboratorium seperti TSH, tiroglobulin antigen sebagai penanda tumor dan tiroglobulin antibodi dan whole body scan bila diperlukan.
Pemeriksaan ini, menurut Ryan untuk mengonfirmasi benjolan yang muncul merupakan kekambuhan, metastasis (penyebaran sel kanker dari satu organ atau jaringan tubuh ke jaringan tubuh lainnya) atau bukan di antara keduanya.
Kanker tiroid termasuk peringkat 10 besar kanker di Indonesia dan peringkat kelima pada wanita. Sekitar 20 persen pasien berisiko mengalami metastasis dan dari angka ini terdapat perluang terjadinya refrakter atau tidak respon terhadap terapi ablasi iodium radioaktif (RAI).
Saat refrakter terjadi, maka pengobatan yang semula mencakup tiga hal yakni operasi, RAI dan terapi hormon tiroid bisa menjadi lebih rumit. Di sisi lain, angka hidup pasien diprediksi lebih pendek dibandingkan mereka yang merespon baik terapi RAI.
Terapi RAI berfungsi untuk memberikan sisa jaringan tiroid fungsional setelah operasi tiroidektomi total dan menurunkan risiko kekambuhan dan kematian.
Baca Juga: Waspada! Meski Bukan Kanker Tiroid, Benjolan di Leher Tetap Bisa Ganggu Kesehatan
Menurut Ryan, sebenarnya tiga pengobatan ini apabila bisa berjalan optimal bisa meningkatkan angka harapan hidup pasien. Hanya saja, ada peluang refrakter yang dikhawatirkan baik itu oleh dokter maupun pasien.
"Kadang kala suka ada yang responnya enggak sempurna, ini disarankan PET/CT," kata Ryan.
Pada mereka yang tidak merespon terapi RAI, maka diusahakan pengobatan ablasi dosis tinggi. Tetapi sebelumnya, dokter biasanya menyarankan rediferensiasi untuk membuka saluran-saluran iodium di sel tiroid yang sempat tertutup. Peluang keberhasilan terapi ini sekitar 50 persen. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Benjolan di Payudara Tak Selalu Kanker! Dokter Ungkap Fakta Penting yang Wajib Diketahui Wanita
-
Kenali 5 Penyebab Benjolan di Leher, dari yang Ringan hingga Berbahaya
-
Warga yang Tinggal di Lereng Gunung Rentan Gangguan Tiroid, Ini Penyebabnya
-
7 Penyebab Benjolan di Tangan yang Wajib Anda Waspadai!
-
Pernah Muncul Benjolan di Leher? Kenali Penyebab serta Penanganannya
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Klaim Listrik di Aceh Pulih 93 Persen, PLN Minta Maaf: Kami Sampaikan Informasi Tidak Akurat!
-
TikTok Hadirkan Fitur Shared Feed untuk Tingkatkan Interaksi Pengguna
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun, Cabai Turun setelah Berhari-hari Melonjak
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
Terkini
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat