Suara.com - Urine yang keluar saat buang air kecil bisa menjadi salah satu indikator adanya penyakit berbahaya. Salah satunya ialah penyakit kanker kulit atau melanoma.
Menurut situs web Harvard Health, melanoma adalah "jenis kanker yang paling serius.
"Dalam kasus yang jarang, [melanoma] dapat menempatkan melanin, pigmen yang menggelapkan kulit, dalam sirkulasi, dan beberapa dari pigmen itu mungkin berakhir di urin," demikian seperti dilansir dari Express UK.
Badan kesehatan menjelaskan bahwa ketika urin berubah menjadi "benar-benar coklat", ini mungkin disebabkan oleh produk pemecahan hemoglobin - bilirubin.
"[Bilirubin] menumpuk di dalam darah karena kondisi hati, seperti hepatitis dan sirosis, atau saluran empedu yang tersumbat oleh batu empedu, tumor, atau hambatan lainnya.
Jika sebagian dari kelebihan bilirubin itu masuk ke dalam urine, buang air kecil itu bisa berubah warna menjadi kecoklatan. Meskipun pigmen kulit terkadang bocor ke aliran darah, hal itu tetap jarang terjadi.
Tanda-tanda umum yang seringkali muncul dari penyakit ini termasuk perubahan pada tahi lalat.
NHS menyatakan: “Tanda paling umum dari melanoma adalah munculnya tahi lalat baru atau perubahan pada tahi lalat yang sudah ada.
"Ini bisa terjadi di mana saja di tubuh, tetapi area yang paling sering terkena adalah punggung pada lelaki dan kaki pada perempuan," kata organisasi tersebut.
Baca Juga: 70 Persen Pasien Kanker Payudara Baru Datang ke RS Setelah Stadium Lanjut
Segera dokter jika terjadi kelainan apa pun yang tumbuh atau berubah dengan cepat dan tidak hilang.
Angka yang dirilis awal tahun ini menunjukkan lebih dari 100.000 orang tidak dirujuk ke rumah sakit dengan kemungkinan kanker kulit.
Angka-angka, yang digambarkan oleh dokter dan kelompok pasien sebagai "benar-benar mengkhawatirkan", dapat menyebabkan lebih banyak orang didiagnosis dengan penyakit lanjut.
Penundaan dalam pengobatan kanker yang disebabkan oleh pandemi telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan dokter dan kelompok pasien.
Badan kesehatan sekarang mendorong pasien untuk mengunjungi dokter umum mereka jika mereka melihat "gejala bendera merah".
Ketika dirawat pada tahap awal, sejumlah besar kasus dapat dibalikkan melalui operasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
Terkini
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?