Sementara untuk screen time, dianjurkan maksimal 2 jam per hari. Waktu duduk yang lama juga perlu dihentikan setiap 30-60 menit. Listya mengajurkan berdiri dan peregangan selama 1 menit. Untuk waktu tidur, tidur berkualitas baik.
“Konsistensi dan motivasi yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan dukungan teman sebaya, keluarga dan platform elektronik yang menawarkan banyak program latihan,” tutur Listya.
Selain itu, pemilihan jenis aktivitas dan latihan fisik selama masa pandemi tetap harus selalu didasarkan pada minat dan usia. Listya mengatakan, dengan tetap aktif bergerak selama masa pandemi akan mengurangi stres, meningkatkan imunitas, dan menjaga kebugaran tubuh.
Terkait masalah kesehatan fisik dan mental yang dialami remaja pada masa pandemi COVID-19, dokter spesialis ilmu kesehatan jiwa konsultan kesehatan jiwa anak RSUI sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ(K) berpendapat hal ini disebabkan akumulasi berbagai faktor.
Faktor ini antara lain stres atau tekanan takut akan terinfeksi penyakit, rasa takut kehilangan anggota keluarga, masalah ekonomi, kehilangan dukungan keluarga, hilang kesempatan pergi berlibur atau keluar rumah, akses terbatas ke fasilitas layanan kesehatan, kurangnya sosialisasi antar teman, serta kurangnya akses ke sekolah dan fasilitas olahraga.
Sependapat dengan Listya, menurut Fransiska, pandemi berdampak terhadap kesehatan fisik remaja. Akibat aktivitas fisik yang kurang, screen time berlebih karena saat ini semua serba online, pola tidur yang tidak teratur, serta kebiasaan makan yang berubah dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular.
Penelitian yang dilakukan UNICEF dengan melibatkan responden sebanyak 8.444 remaja di sembilan negara pada bulan-bulan pertama pandemi menunjukkan, sebanyak 27 persen melaporkan merasa cemas dan 15 persen depresi dalam tujuh hari terakhir.
Sebanyak 46 persen responden melaporkan memiliki motivasi yang kurang untuk melakukan kegiatan yang biasanya mereka sukai, 36 persen merasa kurang termotivasi untuk melakukan pekerjaan rutin.
Persepsi mereka tentang masa depan juga telah terpengaruh secara negatif, terutama dalam kasus remaja perempuan yang memiliki dan menghadapi kesulitan tertentu. Sebanyak 43 persen remaja perempuan merasa pesimis tentang masa depan dibandingkan dengan 31 persen remaja laki-laki.
Baca Juga: Prancis Perpanjang Status Darurat Pandemi COVID-19 Sampai Tahun Depan, Kenapa?
Berita Terkait
-
Dokter Oky Pratama Ungkap Nasib Anak Nikita Mirzani: Lolly Sakit, Azka Rayakan Ultah di Singapura
-
Dokter Oky Pratama Antar Tagihan Yayasan Lolly ke Ruang Tahanan Nikita Mirzani
-
Tetap Bugar Meski Sibuk, Ini 6 Tips Olahraga Sederhana
-
Dokter Tifa Tawarkan Obat Autoimun Manjur untuk Jokowi, Syaratnya Cuma Satu: Tobat Nasuha!
-
Stop Asal Pilih! Ini 6 Kandungan Skincare Anti Jerawat yang Direkomendasikan Dokter Kulit
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif