Suara.com - Program vaksinasi Covid-19 di seluruh negara masih terus dilakukan dengan tujuan mencegah serta melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Meski demikian, harus diakui bahwa masih banyak masyarakat yang ragu dan skeptis terhadap vaksinasi.
Seruan tentang "We are all in this together" menjadi seruan yang banyak digaungkan selama pandemi Covid-19 di Amerika Serikat, demi memenuhi kuota populasi yang mendapatkan vaksinasi secara lengkap.
Melansir dari Medical Express, penelitian baru dari Universitas Notre Dame menunjukkan, para ahli dari berbagai bidang perlu bekerja sama untuk mengatasi krisis kesehatan masyarakat, salah satunya lewat bentuk strategi marketing progam vaksinasi.
Hasil studi "Strategi Segmentasi Pasar Dapat Digunakan untuk Mengatasi Keraguan Vaksin COVID-19 dan Krisis Kesehatan Lainnya" akan terbit dalam Journal of Consumer Affairs, yang merupakan hasil penelitian dari Mitchell Olsen, asisten profesor pemasaran di Mendoza College of Business Notre Dame, bersama dengan Matthew Meng dari Utah State Universitas.
Setelah dilakukannya program vaksinasi pada awal 2021, beberapa pejabat kesehatan masyarakat dan politisi percaya, bahwa kekebalan kelompok alias herd immunity dapat dicapai di seluruh AS pada tanggal empat Juli.
Meski tingkat vaksinasi awal sebagian tercapai, namun sempat mengalami penurunan di musim panas, di mana 30 persen orang dewasa AS masih belum sepenuhnya divaksinasi.
Selain itu, para peneliti melakukan survei nasional tentang ketidaksepakatan vaksin, di mana survei ini menyorot bagaimana proses segmentasi pasar dapat bermanfaat.
“Survei kami mengungkapkan perbedaan pada empat kelompok, mulai dari sifat dan manfaat vaksin Covid-19, di samping mereka yang masih enggan terhadap program vaksinasi,” ungkap Olsen.
“Kami kemudian mendiskusikan bagaimana organisasi CDC dapat memasukkan para ahli strategi pemasaran dan psikolog konsumen, demi menanggulangi krisis kesehatan di masa depan,” lanjut Olsen.
Baca Juga: Viral Iklan Jangan Vaksin Malah Banjir Pujian, Ternyata Gara-Gara Ini
Pada bulan Mei lalu, tim melakukan survei perwakilan nasional terhadap 1.068 orang dewasa di AS yang tidak divaksinasi secara lengkap. Semua peserta menunjukkan, mereka memiliki 16 alasan berbeda dalam keputusan mereka yang tidak divaksinasi sepenuhnya. Di samping itu, sebagian menunjukkan adanya alasan kuat untuk mendorong mereka demi mendapatkan vaksinasi secara lengkap.
Hasil studi dibuat menjadi profil demografis, di mana responden dikategorikan ke dalam salah satu dari empat segmen — yaitu menolak divaksinasi, ragu divaksinasi, menolak sebagian atau ragu sebagian. Segmentasi didasarkan pada apakah responden benar-benar tidak divaksinasi atau divaksinasi sebagian, dan apakah mereka menunjukkan bahwa mereka pasti tidak akan atau mungkin tidak menerima vaksin Covid-19 atau dosis kedua, jika berlaku.
"Tampaknya sebagian besar narasi publik telah memperlakukan mereka yang tidak berniat untuk memvaksinasi diri mereka sendiri sebagai kelompok homogen yang harus didekati dengan satu 'solusi'. Namun jelas, pendekatan seperti itu tidak akan berhasil," kata Olsen.
Pemasar telah lama menyadari bahwa konsumen akan mengevaluasi produk yang sama secara berbeda. Mereka meningkatkan penerimaan produk mereka dengan mengenali perbedaan-perbedaan ini dan menyesuaikan bauran pemasaran dengan cara yang lebih sesuai dengan segmen populasi tertentu.
Meski masyarakat sebagian masih ragu terhadap vaksinasi, pendekatan berdasarkan segmentasi pasar dapat membuat kampanye vaksinasi lebih efektif, dengan meningkatkan sumber, isi, dan penempatan pesan.
Di sisi lain, yang membuat masyarakat ragu akan vaksinasi adalah, sering kali pendekatannya melibatkan pejabat pemerintah yang meminta mereka untuk segera vaksinasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru