Suara.com - Baru-baru ini, Angela Lee memperlihatkan bekas operasi tulang rawan di bagian daun telinganya. Ia memperlihatkan bagian belakang telinganya yang memerah setelah menjalani operasi tulang rawan.
Angela Lee melakukan operasi tulang rawan karena implan operasi plastik di hidungnya jebol. Sehingga ada bagian implannya yang keluar dari kulit. Ia pun merasa ngeri setelah melihat efek dari prosedur operasi tulang rawan.
"Karena kulit aku teksturnya tipis, jadi jaringan kulit yang jebol mesti ditambahin tulang rawan," kata Angela Lee di Instagram, Rabu (3/11/2021).
Operasi tulang rawan juga dikenal sebagai operasi septoplasty, yakni tindakan operasi yang bertujuan memperbaiki bentuk septum atau tulang rawan hidung yang membagi lubang hidung menjadi 2 bagian.
Tulang rawan hidung biasanya berbentuk lurus. Tetapi, beberapa orang memiliki septum yang bengkok atau condong ke salah satu bagian hidung. Kondisi ini disebut dengan deviasi septum.
Pada dasarnya dilansir dari Hellosehat, hasil operasi tulang rawan stabil dan tidak akan menyebabkan perubahan bentuk hidup. Tapi, ada kemungkinan tulang rawan dan jaringan hidung bergeser atau bengkok seiring waktu.
Umumnya, jaringan hidung relatif stabil selama 3-6 bulan. Tetapi, perubahan jaringan hidung masih bisa terjadi hingga lebih dari 1 tahun setelah operasi.
Setelah operasi tulang rawan, seseorang akan merasa pernapasannya lebih lancar. Tapi, ada pula yang masih mengalami beberapa gangguan dan harus melakukan operasi tulang rawan ulang.
Efek samping
Baca Juga: Peneliti Temukan Antibodi yang Diprediksi Dapat Melawan Segala Infeksi Virus Corona
Operasi tulang rawan jarang sekali menyebabkan efek samping atau komplikasi parah. Tetapi, ada beberapa kemungkinan efek samping yang bisa terjadi setelah operasi tulang rawan.
- Pendarahan berlebih
- Muncul lubang pada septum
- Menurunnya indra penciuman
- Penggumpalan darah pada rongga hidung
- Perubahan bentuk hidung
- Perdarahan berlebih
- Mati rasa di gusi atas, gigi atau hidung
Pada kasus yang jarang terjadi, operasi tulang rawan bisa menyebabkan komplikasi yang berupa infeksi, sindrom syok toksik, kebocoran cairan serebrospinal. meningitis, dan hematoma.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan