Suara.com - Saat ini, Peru menjadi negara dengan kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia. Jumlah populasi negara dengan ibukota Lima ini kurang dari 33 juta, tetapi kasus kematiannya mencapai 200.000.
Dampak buruk lain yang dialami Peru juga termasuk anak-anak menjadi yatim piatu atau kehilangan pengasuh mereka karena Covid-19.
Namun, di atas kertas, Peru menjadi salah satu negara yang bagus dalam menangani Covid-19 dibandingkan banyak negara lain.
Menurut The Conversation, Peru merupakan nagara berpenghasilan menengah ke atas yang bagus secara ekonomi sebelum Covid-19 melanda.
Harapan hidup yang meningkat, kemiskinan menurun, dan akses ke perawatan kesehatan yang meningkat, telah membuat kemajuan yang baik dalam peningkatan kesehatan masyarakat.
Peru juga merupakan salah satu negara di Amerika Latin pertama yang menuntut agar masyarakat tinggal di rumah demi menghentikan penyebaran virus sebab pihak berwenang di Peru tidak menyangkal ancaman pandemi.
Pemerintah tidak menerapkan lockdown
Namun semua itu mulai runtuh ketika kasus mulai menanjak pada pertengahan tahun 2020. Penerapan langkah untuk mencegah penyebaran tidak cukup untuk mengurangi dampak pandemi.
Pemerintah saat itu mengakui bahwa menerapkan lockdown atau penguncian yang ketat akan sulit. Orang-orang akan tetap keluar rumah karena beberapa kebutuhan.
Baca Juga: Perusahaan Ini Klaim Antibodi Monoklonal Dapat Bertahan pada Semua Jenis Virus Corona
Lalu, pemerintah mulai memberi bantuan tunai untuk melindungi mata pencaharian masyarakat sambil meminta mereka untuk tinggal di rumah. Tapi Peru tidak memiliki kapasitas untuk mengirimkan uang tunai. Jadi masyarakat masih harus keluar dan mengantre di bank untuk menerima transfer tunai mereka.
Banyak juga yang masih harus bepergian setiap hari ke pasar makanan. Kedua tempat ini menjadi 'hotspot' penyebaran potensial.
Kelemahan di bidang kesehatan terungkap
Tidak sampai di situ, kasus meningkat membuat kelemahan struktural dalam sistem kesehatan di Peru terungkap. Infrastruktur kesehatan di negara ini masih buruk sebelum pandemi.
Bahkan, sebelum pandemi Peru hanya memiliki 29 tempat tidur perawatan intensif per juta orang. Angka tersebut jauh di bawah negara lain di kawasan yang sama seperti Brasil, Kolombia, Chili, dan Ekuador.
Jumlah staf kesehatan yang terbatas juga tidak memungkinkan banyak fasilitas kesehatan berfungsi dengan baik. Ini semua menghambat kemampuan Peru untuk secara efektif menanggapi situasi kritis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025