Suara.com - Melakukan aktivitas fisik jadi salah cara untuk bisa segera pulih setelah sembuh dari Covid-19, terlebih saat mengalami fatigue syndrome atau kelelahan karena post Covid syndrome.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Hikmat Pramuki, Sp.PD mengatakan bahwa cara mengatasi kelelahan akibat post Covid syndrome adalah dengan melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan.
Lalu, dari hari ke hari, secara perlahan beban aktivitas fisik boleh ditingkatkan, mengikuti batas toleransi tubuh
Misalnya, kata dr. Hikmat, pada tujuh hari pertama, biasanya jenis latihan ringan yang direkomendasikan adalah latihan pernapasan dan fleksibilitas.
"Kemudian pada tujuh hari berikutnya, intensitas latihan fisik bisa mulai ditingkatkan, misalnya dengan latihan berjalan cepat dan seterusnya, dengan tetap memperhatikan batas toleransi, tidak memaksakan diri, dan beristirahat apabila merasa," ujar dr. Hikmat dalam keterangannya yang diterima suara.com, Senin (29/11/2021).
Dokter yang berpraktik di RSPI Pondok Indah itu mengatakan bahwa kemampuan kemampuan seseorang untuk kembali pulih seperti sebelum terinfeksi Covid-19 dipengaruhi banyak faktor.
"Sangat bergantung pada kondisi dasar individu tersebut sebelum sakit, perjalanan penyakit saat terkena Covid-19, dan tipe serta berat komplikasi yang dialami," jelas dr. Hikmat.
Meski begitu, kata dia, dari data yang terkumpul saat ini menunjukkan bahwa pasien Covid-19 yang telah divaksinasi lengkap, menunjukkan lebih sedikit kemungkinan terjadi post Covid syndrome dibanding yang belum divaksinasi lengkap.
Post Covid syndrome adalah kumpulan gejala, tanda, dan parameter klinis yang masih dirasakan lebih dari 2 minggu sesudah terkena Covid-19. Kondisi ini tidak kembali ke keadaan awal sebelum sakit.
Baca Juga: Agar Tumbuh Kembang Anak Maksimal, Perbanyak Aktivitas Fisik Yuk!
Dan inilah 5 gejala paling sering terjadi pada penyintas Covid-19:
- Kelelahan/fatigue (58%)
- Sakit kepala (44%)
- Gangguan fokus (27%)
- Rambut rontok atau hair loss (25%)
- Sesak napas (24%)
- Gejala lainnya, seperti batuk, perasaan tidak nyaman di dada, gangguan kardiovaskular (aritimia, miokarditis), neurologis (demensia, depresi, gangguan kecemasan, attention disorder, obsessive compulsive disorders).
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah