Suara.com - Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) sore telah menyebabkan hujan abu di sekitar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang tentu saja sangat bahaya bagi kesehatan.
Akibat hujan abu vulkanik tersebut, sejumlah daerah menjadi gelap gulita lebih cepat. Hujan abu vulkanik tersebut terjadi bersamaan dengan guguran awan panas yang keluar akibat aktivitas Semeru.
Dari laporan visual yang dibagikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada pewarta, warga sekitar lereng Gunung Semeru berlarian saat guguran awan panas juga hujan abu mulai terlihat.
Guguran awan panas Gunung Semeru masih terjadi hingga Minggu (5/12) pagi tadi hingga sejauh 2km dari ujung lidah lava.
Sementara itu, hujan abu mulai mereda meski beberapa rumah warga masih terendam pasir akibat erupsi tersebut.
Berbeda dengan guguran awan panas, abu vulkanik bisa menyebar lebih jauh akibat terbawa angin. Sebagian besar abu memang akan jatuh di dekat gunung berapi dalam jarak puluhan kilometer.
Dikutip dari Wired, sebagian abu juga dapat terbawa angin lebih jauh, melayang di atmosfer hingga jarak puluhan ribu kilometer di seluruh dunia. Ukurannya yang sangat kecil membuat abu vulkanik mengambang di udara dan mengakitkan hujan abu.
Meski begitu, jangan remehkan bahaya dari abu vulkanik terhadap kesehatan. Partikel abu vulkanik berbeda dengan abu hasil pembakaran kayu ataupun bahan organik lainnya.
Pada situs National Geographic dijelaskan bahwa abu vulkanik merupakan campuran batuan, mineral, dan partikel kaca yang keluar akibat letusan gunung berapi.
Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi: Kenali Ciri Abu Vulkanik, Serta Bahayanya Bagi Kesehatan
Partikelnya sangat keras dan biasanya memiliki tepi bergerigi. Akibatnya, dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, paru-paru, serta masalah pernapasan.
Oleh sebab itu, masyarakat yang berada di sekitar lereng gunung berapi yang sedang erupsi sebaiknya segera menghindari dari hujan abu.
Mengutip dari situs Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, berikut cara menyelamatkan diri dari hujan abu vulkanik.
Jika Berada di Dalam Rumah
- Tetap di dalam rumah, jika masih ada berada dalam jarak aman dengan area gunung berapi. Kemudian, tutup jendela dan pintu dengan rapat.
- Kenakan kemeja lengan panjang dan celana panjang. Sebisa mungkin tutupi kulit agar tidak terkena abu.
- Gunakan kacamata agar tidak terkena abu.
- Jika abu terus turun, Anda tidak dapat terus berlindung di dalam ruangan. Karena beratnya abu dapat meruntuhkan atap gedung dan menghalangi masuknya udara.
- Selalu dengarkan saran dari BNPB maupun BPBD untuk meninggalkan area lereng saat hujan abu berlangsung lebih dari beberapa jam.
Jika Berada di Luar Ruangan
- Gunakan respirator partikulat, seperti masker N95, untuk mencegah masuknya abu ke saluran pernapasan. Bentuk abu vulkanik sangat kecil, sehingga perlu proteksi ketat.
- Jika tidak memiliki respirator partikulat, Anda dapat melindungi diri sendiri dengan menggunakan masker debu sebagai upaya terakhir. Tapi upayakan jangan terlalu lama berada di luar ruangan saat terpapar abu vulkanik.
- Matikan mesin kendaraan apapun.
- Hindari mengemudi saat hujan abu masih lebat. Mengemudi akan menimbulkan abu yang dapat menyumbat mesin dan menghentikan kendaraan.
- Apabila terjebak hujan abu saat sedang mengemudi, tutup rapat jendela mobil dan matikan sistem pendingin udara. Sebab, mengoperasikan sistem pendingin udara akan membawa masuk udara luar dan abu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025