Suara.com - Munculnya varian Omicron telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian B.1.1.529 ini telah terdeteksi di sekitar 38 negara tanpa ada kasus kematian.
Di India sendiri, kasus virus corona Covid-19 pun melinjak menjadi 21 kasus dengan catatan 17 kasus baru dalam sehari setelah kemunculan varian Omicron.
Mengingat varian Omicron yang memiliki banyak mutasi ini telah menyebar ke beberapa negara dalam rentang waktu singkat, para ilmuwan mengingatkan bahwa varian baru ini bisa menjadi ganas dan sangat menular.
Tapi, WHO mengatakan bahwa para ahli membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menentukan seberapa menular varian Omicron itu dan seberapa besar risikonya menyebabkan infeksi parah serta menghindari kekebalan tubuh.
Menurut Dr Pruthu Narendra Dhekane, Konsultan Penyakit Menular, Rumah Sakit Fortis Bannerghatta, Bangalore, virus itu seperti beberapa organisme lain di dunia, seperti bakteri, parasit, jamur dan semua organisme hidup berubah seiring berjalannya waktu yang biasanya disebut sebagai evolusi.
Ia mengatakan bahwa perubahan terjadi sebagai bentuk kelangsungan hidup dan berkembang biak lebih baik di lingkungan.
Sama halnya dengan virus lainnya, SARS-CoV-2 pasti kan bermutasi dan berubah dengan cepat. Karena itu, perubahan struktur molekul yang tidak terlalu besar disebut varian.
Jika perubahan itu sangat besar dan mengarah pada struktur virus yang berbeda disebut mutasi.
Saat ini, ada lima varian virus corona yang menjadi perhatian, yakni varain Alpha (B.1.1.7), varian Beta (B.1.351), varian Gamma (P.1), varian Delta (B.1.617.2) dan yang terbaru varian Omicron (B.1.1.529) pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Baca Juga: Studi: Virus Corona Varian Omicron Punya Risiko Infeksi Ulang 2,4 kali Lebih Tinggi
Varian Omicron yang sedang menjadi perhatian ini memiliki lebih dari 30 mutasi pada protein variannya. Para ahli percaya bahwa varian Omicron mungkin bisa menghindari kekebalan yang diinduksi oleh vaksin Covid-19 dan lebih mudah menular dibandingkan varian virus corona lainnya.
WHO pun menyatakan bukti yang disajikan menunjukkan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi virus corona Covid-19. WHO telah menetapkan B.1.1.529 sebagai varian perhatian (VOC), bernama varian Omicron.
Tapi dilansir dari Times of India, tidak ada kasus rawat inap dan kematian terkait dengan varian Omicron. Dugaan bahwa varian Omicron lebih bahaya daripada varian Delta juga masih didiskusikan.
Lalu, apakah varian Omicron dan varian Delta akan menghasilkan varian jenis baru lagi?
Saat ini, semakin banyak varain baru virus corona yang bermunculan karena virus ini memang terus bermutasi. Sejak awal pandemi, virus corona Covid-19 ini ini bervolusi dan bermutasi menjadi jenis yang lebih parah.
Karena virus tidak akan pernah berhenti bermutasi dan varian baru virus corona akan terus muncul, para ahli percaya bahwa virus corona Covid-19 ini mungkin saja bermutasi menjadi super strain hibrida yang lebih kuat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?