Suara.com - Menyusui adalah momen paling mengesankan bagi seorang ibu. Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa beberapa ibu menyusui mungkin merasa tidak nyaman dengan rasa sakit saat menyusui atau perubahan bentuk payudaranya.
Karena itu, beberapa ibu menyusui ini membutuhkan solusi untuk mengatasi masalahnya tersebut, seperti memakai bantalan payudara, pompa payudara, waslap dan lainnya.
Ada pula yang percaya bahwa daun kubis bisa membantu mengurangi rasa sakit pada payudara ketika menyusui. Ibu menyusui yang mencoba menyapih anaknya juga percaya bahwa menggunakan daun kubis bisa membantu mengurangi suplai ASI dan pembengkakan payudara.
Pembengkakan payudara merupakan masalah umum yang dialami oleh ibu menyusui. Pada masa pascapersalinan, payudara juga bisa membesar saat menyusui.
Hal ini terjadi karena ada peningkatan aliran darah ke payudara. Jika ASI tidak terkuras dengan baik, kondisi ini bisa menyebabkan banyak ketidaknyamanan dan rasa sakit.
Pada akhirnya, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi bakteri yang disebut mastitis yang mengakibatkan demam.
Tapi, apakah daun kubis bisa meredakan rasa sakit pada payudara karena menyusui?
Daun kubis memiliki sifat pendinginan yang bisa membantu mempercepat penyapihan, menghentikan laktasi tepat waktu dan meringankan masalah yang terkait dengan pembengkakan payudara.
Meskipun penelitian mengenai hal ini masih sangat terbatas, bukti anekdotal memang mendukung efektivitas daun kubis untuk meredakan rasa sakit pada payudara.
Baca Juga: WHO: Omicron Miliki Risiko Global Sangat Tinggi
Selain itu, daun kubis juga mengandung beberapa asam amino esensial yang dapat membantu meningkatkan aliran darah ke payudara, mengurangi peradangan yang mungkin menyebabkan rasa sakit serta mengurangi sumbatan.
Para peneliti juga telah menetapkan bahwa daunnya memiliki manfaat tambahan yang membantu mengatasi rasa sakit dan ketidaknyamanan menyusui.
Namun dilansir dari Times of India, penggunaan daun kubis hanyalah pengobatan rumahan yang disarankan dari satu ibu ke ibu lainnya. Metode ini bukan direkomendasikan oleh badan kesehatan secara resmi.
Meskipun manfaat daun kubis ini diakui, pengobatan alami ini lebih baik tidak dilakukan ketika kulit memar atau pecah-pecah dan puting berdarah.
Sebaiknya, daun kubis dipotong-potong dan dioleskan pada bagian payudara yang tidak terluka atau memar.
Jika Anda memiliki riwayat atau kepekaan terhadap kubis, jangan mencoba ini. Konsultasikan dengan dokter sebelum mencobanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan