Suara.com - Kedelai merupakan protein nabati yang mengandung asam amino esensial. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) merekomendasikan untuk mengonsumsi beberapa kedelai untuk menjaga kesehatan jantung. Di Indonesia, makanan dari kedelai yang setiap hari dikonsumsi adalah tempe dan tahu.
Namun di balik manfaat kesehatannya, kedelai juga dipercaya dapat menurunkan kadar hormon testosteron pada laki-laki. Apa benar?
Studi yang menunjukkan bahwa kedelai memengaruhi testosteron pada pria memang memicu kontroversi. Banyak ilmuwan mencatat bahwa studi tersebut cacat, dari kurangnya kelompok kontrol, hanya berfokus pada sejumlah kecil subjek, hingga mengabaikan untuk mengumpulkan data penting.
"Protein pada kedelai mengandung sejumlah besar isoflavon fitoestrogen yang berubah menjadi zat estrogenik dengan sifat hormonal potensial," jelas ahli urologi dan spesialis kesehatan pria di Men's Center Indianapolis, Indiana, Jason Kovac.
Fitoestrogen merupakan suatu senyawa dalam tumbuhan yang mirip dengan hormon estrogen dalam tubuh. Namun, sifatnya lebih lemah untuk membentuk estrogen itu sendiri daripada hormon estrogen alami yang ada pada tubuh manusia.
Jenis dari fitoestrogen yang paling dipelajari adalah isoflavon yang banyak ditemukan dalam kacang kedelai, dan lignan, dapat ditemukan dalam biji-bijian serta berbagai sayuran.
Kovac lebih merekomendasikan untuk menyoroti meta-analisis 2010 yang terbit di Fertility and Sterility sebagai literatur terbaik untuk dipertimbangkan.
Dalam meta-analisis tersebut, peneliti meninjau 15 perawatan terkontrol plasebo dan 32 laporan. Hasilnya menunjukkan bahwa protein kedelai dan isoflavon tidak memengaruhi kadar testosteron pada pria, terlepas dari usia mereka.
"Pria tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi kedelai secara teratur," saran Kovac, dilansir Men's Journal.
Baca Juga: Hits Health: Hoaks Isu Delmicron, Penyebab Ketidakseimbangan Hormon
Ahli gizi olahraga Marie Spano juga mengatakan bahwa tidak ada data yang menunjukkan bahwa kedelai berdampak negatif terhadap pertumbuhan otot pada pria.
Spano mengacu pada uji klinis yang menemukan bahwa mengonsumsi 22 gram suplemen protein susu kedelai per hari selama tiga bulan tidak mengubah testosteron pada pria muda yang berlatihan ketahanan. Kekuatan dan ketebalan otot meningkat mirip dengan protein whey dan kelompok plasebo.
Apabila seorang pria masih khawatir dengan kadar testosteron yang rendah, penyebabnya kemungkinan bukan karena pola makan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan