Suara.com - Ujian sekolah kerap menjadi momok bagi anak. Terlebih jika anak harus menghadapi ujian mata pelajaran yang tidak mereka sukai. Baik ujian harian di sekolah maupun persiapan tes tertulis masuk universitas, ujian bisa memicu stres pada anak.
Hal yang perlu dikathui orangtua adalah, kondisi stres setiap anak bisa berbeda. Namun pemicunya bukan selalu dipengaruhi kemampuan anak mengerjakan soal ujian.
Menurut psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana, stres ujian pada anak biasanya dipengaruhi kepribadian dan kebiasaan anak itu sendiri.
"Ada polanya sebetulnya, tapi saya tidak bilang fix karena ini berangkat dari pengalaman praktik. Saya melihat bukan siswa yang berprestasi, bukan siswa yang biasa-biasa saja (yang mudah stres saat ujian)."
"Saya justru banyak ketemu siswa yang biasa saja, mereka lebih santai," kata Vera dalam webinar bersama Ruang Guru, Selasa (11/1/2022)
Selama menjalani praktik sebagai psikolog, Vera sering menemukan kasus stres akibat ujian sekolah pada anak dengan tingkat kemandirian rendah. Baik tidak mandiri dalam mengerjakan sesuatu, maupun dalam memutuskan hal tertentu.
"Kemudian remaja yang selama ini selalu mudah jalan hidupnya, apa-apa dapat tersedia, itu yang sepertinya jadi orang tidak tangguh. Dan satu lagi, tidak terbiasa untuk punya backup plan," imbuhnya.
Selain karena faktor kemandirian, secara fisik remaja memang belum bisa maksimal mengontrol emosi layaknya orang dewasa.
Oleh sebab itu, sering kali mereka mudah berekspresi berlebihan terhadap sesuatu yang sebenarnya sederhana. "Kita orang dewasa mungkin melihatnya lebay. Tapi tidak untuk mereka," kata Vera.
Ia menjelaskan bahwa secara biologis, kemampuan hormon dalam tubuh remaja sedikit berbeda dengan orang dewasa. Salah satunya pada fungsi hormon Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA) pada tubuh remaja justru berfungsi sebaliknya.
Baca Juga: 4 Cara Mengelola Stres dengan Sederhana, Tak Perlu Traveling Jauh-jauh
"Hormon HPA yang tugasnya membantu untuk meredakan cemas. Tapi di remaja, entah kenapa belum ada yang tahu penyebabnya, hormon ini bekerja sebaliknya. Jadi ketika mereka cemas, stres, hormon ini melipatgandakannya," jelas Vera.
Ia menyarankan, orangtua jangan langsung memarahi atau memberikan anak nasihat panjang lebar. Karena dalam situasi stres dan cemas, sebenarnya anak hanya ingin didengarkan keluh kesahnya oleh orangtua.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan