Suara.com - Virus corona ternyata tidak hanya berdampak pada pernapasan. Tapi seorang lelaki melaporkan nyeri penis yang menyiksa akibat infeksi Covid-19.
Menulis dalam jurnal medis, tim Iran menggambarkan bagaimana virus menyebabkan pembekuan darah di batang tubuh pria malang itu. Lelaki yang tidak disebutkan namanya itu menderita sakit penis selama tiga hari sebelum diperiksa oleh ahli urologi di Iran, yang merujuknya untuk tes.
Ketidaknyamanan mulai terjadi setelah ereksi saat berhubungan seks, kata lelaki yang sudah menikah berusia 41 tahun itu kepada dokter. Dia tidak mengalami trauma pada daerah panggulnya yang mungkin menjelaskan gejalanya.
Tetapi dia memiliki tes PCR Covid-19 positif tiga minggu sebelumnya, ahli radiologi Seyed Morteza Bagheri dan seorang rekan dari Universitas Ilmu Kedokteran Iran menulis dalam jurnal Clinical Case Reports.
Dia memiliki gejala ringan termasuk demam, batuk dan kelelahan dan tidak perlu minum obat apa pun. Tes di rumah sakit menunjukkan lelaki itu memiliki "trombosis vena penis dorsal dalam" - pembekuan darah di vena yang mengalir di sepanjang bagian atas batang penis.
Vena mengalir di sepanjang penis dan terlibat dalam suplai darah beroksigen ke organ. Ultrasonografi menunjukkan "tidak ada [darah] mengalir di vena" karena gumpalan di sekitar setengah jalan di sepanjang penis.
Segera, dokter mulai memberikan rivaroxaban, obat pengencer darah yang digunakan untuk mengobati dan mencegah pembekuan darah.
"Dua bulan setelah memulai perawatan, gejala pasien benar-benar hilang dan dia tidak merasakan sakit pada penis saat ereksi dan gangguan seksual lagi," tulis petugas medis.
Semuanya berjalan dengan baik "di bawah sana", tulis Morteza Bagheri.
Baca Juga: Penambahan 14 Kasus Terkonfirmasi dan 11 Kasus Sembuh di Kaltim
Namun, pria itu masih mengalami sedikit rasa sakit di bawah tekanan di tempat pembekuan darah. Para ilmuwan telah mempelajari selama pandemi bahwa virus corona tidak hanya menyebabkan gejala pernapasan.
Salah satu fitur lainnya adalah untuk meningkatkan kecenderungan darah untuk membeku. Bahkan, ini sering menjadi penyebab kematian.
“Kira-kira, 20 persen – 50 persen pasien rawat inap dengan infeksi COVID-19 memiliki tes koagulasi yang tidak normal,” tulis Morteza Bagheri.
Namun dia mengatakan jenis pembekuan darah yang dialami pasien ini sangat jarang. Ketika itu terjadi, biasanya pada seseorang yang memiliki kelainan pembekuan darah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja