Suara.com - Orang muda yang pernah terinfeksi Covid-19 meski hanya menderita gejala ringan nyatanya tidak menjamin bebas dari risiko sindrom pasca-Covid atau post-Covid syndrome.
Sindrom pasca-Covid sendiri merupakan sejumlah masalah kesehatan atau gejala yang baru, kembali muncul, atau terus terjadi selama empat minggu atau lebih sejak pertama kali seseorang terinfeksi Covid-19.
Kondisi ini sangat bervariasi dan memiliki jangka waktu yang berbeda antarpenyintas Covid-19. Hal tersebut dikatakan oleh Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, RS Pondok Indah Puri Indah, dr. Desilia Atikawati.
"Penderita Covid-19 usia berapa pun dapat mengalami sindrom pasca-Covid, meski lebih sering ditemukan pada usia dewasa dibandingkan grup usia anak atau remaja, tetapi kelompok anak dan remaja tetap berisiko mengalaminya," katanya dikutip dari ANTARA, Kamis (27/1/2022).
Penelitian menunjukkan, gejala jangka panjang pada anak, baik yang memiliki gejala ringan atau berat (termasuk multisystem inflammatory syndrome, MIS), antara lain kelelahan, pusing, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, nyeri otot dan sendi, serta batuk.
Walau jarang, beberapa orang, terutama anak-anak, dapat mengalami MIS sesaat atau segera setelah mengalami infeksi Covid-19.
MIS adalah kondisi di mana berbagai organ tubuh mengalami inflamasi, termasuk jantung, paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau sistem pencernaan. Hingga saat ini, belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya.
"Ini merupakan kondisi serius dan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang perlu diwaspadai sebagai MIS adalah adanya demam disertai minimal satu dari gejala seperti nyeri perut, kemerahan pada mata, diare, pusing atau lightheadedness, ruam kulit, dan muntah," kata dr. Desilia.
Sindrom pasca-Covid sendiri tidak hanya terjadi pada penyintas Covid-19 yang bergejala berat saja. Penyintas Covid-19 dengan gejala ringan, bahkan tidak bergejala, juga dapat mengalaminya.
Baca Juga: Enovid Disebut Mampu Membunuh Virus Covid, Diprediksi Masuk ke Indonesia Dalam Waktu Dekat
Gejala-gejala yang sering dilaporkan antara lain sesak napas atau sulit bernapas lega, rasa lelah, gejala yang dirasa memburuk setelah aktivitas, kesulitan berpikir atau berkonsentrasi.
Selain itu gejala lainnya adalah batuk, nyeri dada atau perut, pusing, rasa berdebar, nyeri otot atau sendi, rasa kesemutan, diare, gangguan tidur, demam, pusing ketika berdiri, ruam kulit, perubahan suasana hati, perubahan kemampuan indra penciuman atau perasa, perubahan siklus menstruasi, dan rambut rontok.
Penelitian Lancet yang dipimpin oleh ilmuwan dari University College London (UCL), merupakan penelitian peer-reviewed terbesar tentang sindrom pasca-Covid yang melibatkan 3.765 partisipan dari 56 negara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 91 persen partisipan membutuhkan waktu lebih dari 35 minggu untuk pulih sepenuhnya.
Selama sakit, partisipan mengalami rata-rata 55,9 gejala yang melibatkan 9,1 sistem organ. Gejala yang paling sering ditemukan setelah bulan keenam adalah kelelahan, post-exertion malaise, dan gangguan kognitif.
Sebanyak 85,9 partisipan mengalami kekambuhan gejala yang terutama dicetuskan oleh olahraga, aktivitas fisik atau mental, serta stres. Sedangkan sebanyak 1.700 partisipan membutuhkan pengurangan waktu kerja. Gangguan kognitif atau ingatan ditemukan di seluruh grup usia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi