Suara.com - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono menilai adanya kekacauan data kasus konfirmasi positif Covid-19 Indonesia beberapa hari belakangan.
Perlu diketahui data Kementerian Kesehatan per 12 Februari 2022 ditemukan 55.209 kasus baru, lalu menurun 44.526 di 13 Februari, dan kembali menurun di 36.501 pada 14 Februari.
Hal ini karena tidak selarasnya kenyataan di lapangan dengan potret kasus yang dipublikasi pemerintah. Karena ditemukan masih banyaknya masyarakat yang mengantri tes antigen dan PCR di beberapa laboratorium atau klinik.
"Data hari ini, Minggu dan Sabtu itu aneh, saya melihat meningkat jauh, dan Senin menurun. Saya melihat ada reporting bias, jadi tidak bisa melihat trennya seperti apa," ujar Tri Yunis saat dihubungi suara.com, Selasa (15/2/2022).
Fenomena ini ia kemukakan setelah melihat di Jakarta dan Depok melihat antrian tes PCR, tapi di beberapa daerah banyak masyarakat yang putuskan tidak memeriksakan diri.
"Di Indonesia Jawa Tengah banyak yang sepakat tidak akan periksa, itu yang bahaya. Kemudian di Jawa Timur menurut saya telah terjadi tren positif, tapi keanehannya Malang sudah ada kasus Omicron tapi Surabaya aneh tidak ada atau baru sedikit," kata dia.
Padahal menurut Tri Yunis, dari sisi mobilitas jika orang ingin menjangkau Malang biasanya akan melewati Surabaya lebih dulu untuk melakukan penerbangan.
Hal ini, menurut dia aneh, karena harusnya Surabaya ditemukan lebih banyak kasus dibandingkan Malang.
"Jadi keanehan data itu terjadi, menurut saya ada reporting bias di Indonesia. Kalau di pusatnya sendiri (dikatakan) akan dikontrol, saya pesimis dengan pemerintah. Jumlah yang ditangkap surveilansnya sangat berbeda dengan di lapangan," papar Tri Yunis.
Baca Juga: Tertinggi di 2022, Kasus Positif Aktif COVID-19 di Kota Bandung Tembus 5.333
Terakhir, Tri Yunis juga menyoroti penurunan kasus nasional ini tidak dibarengi dengan menurunnya angka kematian harian.
Perlu diketahui, data Kemenkes mencatat terjadi 107 kematian baru per 12 Februari 2022, lalu bertambah jadi 111 kematian baru di 13 Februari, dan bertambah lagi 145 kematian baru di 14 Februari.
"Seharusnya kalau kasus konfirmasi menurun, maka kematian juga menurun. Jadi artinya ada kasus di masyarakat yang tidak terdiagnosis. Nggak jago surveilansnya," tutup Tri Yunis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
Terkini
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global