Suara.com - Dorce Gamalama meninggal dunia dan sempat menderita penyakit Demensia Alzheimer. Apa itu Demensia Alzheimer? Bagaimana gejalanya?
Simak penjelasan dalam artikel ini tentang apa itu Demensia Alzheimer, penyakit yang diderita Dorce hingga akhirnya meninggal. Penyakit Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia di antara orang dewasa yang lebih tua. Kebanyakan orang dengan gangguan ini akan mulai menunjukkan gejala pada usia pertengahan enam puluhan.
Apa Itu Demensia Alzeimer?
Demensia adalah penyakit yang menyerang kemampuan kognitif penderita. Dalam kondisi tertentu penyakit neurodegeneratif ini mengakibatkan penurunan kemampuan berpikir, berbahasa hingga perilaku penderita secara keseluruhan.
Umumnya terdapat dua jenis demensia yang kerap terjadi yaitu, demensia alzheimer dan demensia vaskular. Perubahan genetik dan protein di otak menjadi pemicu utama munculnya demensia alzheimer.Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia yang bermula dari gangguan di pembuluh darah otak.
Gejala awal penyakit yang kerap diderita lansia ini ditandai dengan penurunan daya ingat yang bersifat ringan atau kerap disebut pikun.
Pada tahap awal penderita mulai lupa nama benda-benda yang lazim digunakan sehari-hari seperti sikat gigi, sendok, dan lain sebagainya. Tak hanya itu penderita pun mulai lupa jalan pulang ke rumah atau ke tempat-tempat yang kerap ia kunjungi seperti pasar atau rumah ibadah.
Selain itu, kejadian yang belum lama berlangsung dan pembicaraan yang baru saja terjadi pun mulai luput dari ingatan penderita.
Baca Juga: Dorce Dimakamkan sebagai Lelaki, Tata Cara Sholat Jenazah Lelaki Menurut Hukum Islam
Kondisi tersebut kian diperparah oleh penurunan kemampuan berpikir yang ditandai dengan penderita senantiasa kebingungan, tak bisa mengambil keputusan hingga mengatur rencana.
Pada tahap yang lebih parah penderita kehilangan kemampuan mengontrol diri sendiri hingga tak bisa mengenali wajah orang-orang terdekat.
Hingga saat ini penyakit demensia alzeimer belum bisa disembuhkan namun dua cara ini terbukti mampu meredakan gejala yang lebih parah.
Pertama, pengobatan untuk meningkatkan kemampuan kognisi. Hal ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang mampu meningkatkan kadar zat kimia otak.
Kedua, psikoterapi yang terdiri dari stimulasi kognitif, terapi relaksasi hingga terapi perilaku kognitif.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan