Suara.com - Seorang anak laki-laki usia 3 tahun meninggal dunia secara tak terduga setelah kelelahan dan mengalami gejala berupa sakit perut.
Putra Emily Cooper, Alexander Bowes, tiba-tiba meninggal karena penyebab yang tidak jelas. Cooper, dari Lancaster di Inggris, mengatakan Alexander sempat menari menikmati musik bersama saudar laki-lakinya di Hari Natal sebelum meninggal dunia.
Kemudian dilansir dari NewsWeek, anaknya mulai terlihat lelah dan kurang sehat dengan mengeluhkan gejala sakit perut setelah diajak jalan-jalan.
Cooper pun segera membawanya ke unit layanan darurat. Tetapi, Cooper terkejut ketika tim medis memberinya kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia.
Cooper jelas terkejut, karena ia merasa anaknya baik-baik saja dan tidak memiliki penyakit serius, tetapi memang terlihat kurang sehat sebelum meninggal dunia.
Beberapa bulan setelah kematian anak mereka, suami Cooper, Darren Bowes bekerja sama dengan SUDC UK menceritakan kehilangannya dan mengajak semua orang untuk lebih waspadai serta melakukan penelitian mengenai hal tersebut agar mendapat jawaban.
SUDCK UK mengatakan kematian mendadak pada anak salah satu kasus yang memang sulit dijelaskan. Hal ini bisa mempengaruhi anak-anak dari segala usia mulai dari 1 hingga 18 tahun, tapi lebih umum terjadi antara balita dan anak-anak di akhir usia belasan tahun.
Bahkan, kematian mendadak ini termasuk penyebab kematian kelima pada anak-anak antara usia 1 dan 4 tahun di iNGGRIS.
Di Amerika Serikat, SUDC Foundation mengatakan bahwa 390 anak meninggal akibat SUDC pada tahun 2020, yang mana 204 di antaranya berusia antara satu dan empat tahun.
Baca Juga: Pernah Terinfeksi Varian Omicron, Mungkinkah Terkena Subvarian Omicron?
Saat ini memang beluma ada penjelasan gamblang mengenai kematian mendadak pada anak. Tapi, penelitian telah mengidentifikasi beberapa kesamaan dalam kasus, termasuk kematian tanpa disadari saat tidur, anak-anak yang terlihat sehat akan tidur dan tidak pernah bangun.
Dalam hal ini, anak-anak dari Afrika-Amerika dua kali lebih mungkin meninggal akibat kondisi tersebut.
Sebuah studi tahun 2019 tampaknya menunjukkan hubungan antara kejang demam dan kematian mendadak pada anak, dengan proporsi keluarga yang melaporkan riwayat kejang demam lebih tinggi.
"Alexander adalah anak kecil yang ceria, sangat menyukai mobil dan sering menghabiskan waktu bersama keluarga," ujar Cooper yang masih merasa kehilangan anaknya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif