Suara.com - Puasa tak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan otak dan sistem saraf. Bagaimana prosesnya?
Dilansir dari Brain Facts, saat puasa, kita tidak mengonsumsi makanan apapun dalam jangka waktu yang cukup lama. Kondisi ini akan meningkatkan kadar senyawa yang disebut keton.
Dalam kondisi tidak berpuasa, tubuh dan termasuk otak, menggunakan glukosa sebagai sumber energinya. Namun saat berpuasa, tidak ada sumber glukosa dari makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Pada kondisi ini, tubuh menghabiskan simpanan glukosa di hati (glikogen) sebagai sumber energi dan mendorong sel-sel lemak untuk melepaskan lemak.
Tubuh kemudian membakar lemak dan mengubahnya menjadi keton. Keton inilah yang kemudian digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi.
Perubahan sumber energi ini terjadi setelah sekitar 10-14 jam berpuasa. Dan perubahan inilah yang diyakini memberi dampak positif pada kesehatan otak Anda.
Perubahan ini memicu proses yang disebut dengan autofagi. Ini merupakan proses di mana tubuh memperbaiki sel yang telah rusak, termasuk sel otak.
Tubuh menghilangkan bagian sel yang rusak dan mematikan pertumbuhan sel tersebut. Dan setelah puasa, sel-sel baru akan tumbuh, kemudian membuat banyak protein dan membentuk sinapsis. Inilah yang membuat otak tetap sehat dan dapat bekerja dengan baik.
Itu sebabnya, peneliti pun menyimpulkan bahwa orang yang berpuasa juga dapat mengalami peningkatan fungsi kognitif. Studi pada hewan menemukan fakta bahwa puasa merangsang produksi protein dalam sel saraf yang disebut brain-derived neurotrophic factor (BDNF).
Baca Juga: Olahraga di Bulan Ramadhan, Bagaimana Cara Mendapatkan Hasil yang Maksimal?
Protein ini berperan penting dalam proses belajar dan memori serta membentuk sel saraf baru di hippocampus, yaitu bagian otak yang berperan dalam pembelajaran dan memori.
Beberapa penelitian juga telah dilakukan pada manusia. Salah satunya yang tengah berlangsung adalah penelitian di National Institute on Aging, di mana mereka memantau orang-orang yang berisiko mengalami gangguan kognitif karena usia dan berat badan.
Responden secara acak ditugaskan untuk diet puasa intermiten 5:2 atau kontrol diet dengan hanya mengonsumsi makan sehat. Sebelum memulai diet dan kemudian dua bulan kemudian, peneliti melakukan serangkaian tes kognitif dengan fokus pada berbagai aspek pembelajaran dan memori.
Bagaimana hasilnya? Para peneliti belum mempublikasikan hasil penelitian mereka. Tapi, sepertinya hasilnya memang mendukung teori sebelumnya, bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan otak dan fungsi kognitif.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas