Suara.com - Demam berdarah dengue alias DBD merupakan penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kematian. Apa yang membuat penyakit ini begitu berbahaya?
Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis – Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K)., membantah adanya mitos kalau demam berdarah dengue (DBD) atau infeksi dengue tidak berbahaya.
Ia menyampaikan kalau infeksi dengue berpotensi sebabkan kematian, terutama apabila terlambat ditangani. Risiko kematian bisa meningkat apabila infeksi virus telah mengenai susunan saraf pusat. Kemudian demam telah masuk ke fase kritis, ditandai dengan awalnya suhu tubuh tinggi lalu tiba-tiba turun drastis.
"Apabila telat datang ke rumah sakit akhirnya akan menyebabkan pendarahan dan terkena berbagai organ. Inilah yang menyebabkan kematian," kata dokter Anggraini dalam webinar Infeksi Dengue bersama Takeda Indonesia, Selasa (19/4/2022).
Diakui dokter Anggraini, tidak sedikit orang salah mengira apabila demam turun artinya infekai dengue akan sembuh. Padahal, saat itu justru akan masuk fase kritis dari penyakit tersebut.
"Yang paling krusial dari perjalanan penyakit dengue adalah kebocoran plasma yang bisa sangat hebat, sehingga darah keluar dari pembuluh darah," ujarnya.
Demam tinggi selama 2-7 hari biasanya menjadi gejala awal infeksi dengue. Agar tidak terjadi perburukan hingga kebocoran plasma, dokter Anggraini menyarankan agar melakukan tatalaksana pengobatan mandiri dengan minum obat penurun panas paracetamol juga lakukan kompres hangat.
Berita Terkait
- 
            
              Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
 - 
            
              Waspada! Tembus 2.548 Kasus, Jakbar Tertinggi Penyebaran DBD di Jakarta, Pemicunya Apa?
 - 
            
              Bukan Singa atau Hiu, Ternyata Ini 5 'Pembunuh' Paling Efektif di Dunia Hewan
 - 
            
              Saat Suhu Bumi Naik, Nyamuk pun Berpesta: Awas Ancaman 'Ledakan' Demam Berdarah
 - 
            
              Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
 
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
 - 
            
              Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
 - 
            
              Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
 - 
            
              Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
 - 
            
              Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
 - 
            
              Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
 - 
            
              Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
 - 
            
              Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
 - 
            
              Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
 - 
            
              Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara