Suara.com - Para ilmuwan di dunia memperkirakan lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mengalami efek jangka panjang dari Covid-19, berdasarkan penelitian baru-baru ini.
Ada kebingungan dan heterogenitas substansial tentang bagian mana dari pasien yang didiagnosis Covid-19 yang berjuang dengan kondisi pasca-Covid setelah fase gejala akut infeksi berakhir.
Ada keraguan dalam definisi long covid dalam literatur. Baru-baru ini, WHO mengusulkan definisi kasus klinis dari kondisi pasca Covid-19.
“Sebelum pengenalan definisi ini, penelitian telah melaporkan adanya rangkaian gejala pada beberapa titik waktu setelah diagnosis Covid, (selang 30 hari, 90 hari, 6 bulan, 1 tahun). Kami ingin mensintesis bukti dari penelitian di seluruh dunia dan mengidentifikasi gejala yang paling sering dilaporkan," kata kandidat MS dalam biostatistik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Spencer R. Haupert, BS, dikutip dari Healio.
Haupert dan rekannya menelusuri PubMed, Embase, dan iSearch dari 5 Juli 2021 hingga 13 Maret 2022. Para peneliti memeriksa prevalensi kondisi pasca Covid-19 mulai 1 bulan setelah infeksi SARS CoV-2.
Haupert menambahkan bahwa data yang dikumpulkannya serupa dengan data WHO baru-baru ini terkait 200 juta orang dengan konsekuensi kesehatan pasca Covid-19. Tercatat gejala paling umum dari long covid yakni, kelelahan (23%), masalah memori (14%), sesak napas (13%), masalah tidur (11%), dan nyeri sendi (10%).
Perkiraan prevalensi gejala jangka panjang terjadi pada jarak waktu 30 sampai 120 hari setelah infeksi masing-masing, menurut penelitian.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Haupert dkk juga mencatat lebih dari 16 negara warganya mengalami pasca Covid-19, bervariasi di seluruh wilayah geografis. Prevalensi tertinggi terjadi di Asia (51%), diikuti oleh Eropa (44%) dan Amerika Utara (31%).
"Negara-negara perlu mengambil pendekatan proaktif dan memiliki sistem dukungan kesehatan dan ekonomi. Ini tentu saja menjadi beban perawatan kesehatan yang besar tetapi juga dapat menghambat produktivitas ekonomi karena kondisi disabilitas pasca Covid-19," kata Haupert.
Baca Juga: Studi Sebut Wanita Lebih Berisiko Alami Banyak Gejala Long Covid-19 daripada Pria
Berita Terkait
-
Prof. Elisabeth Rukmini: Menenun Sains, Makna, dan Masa Depan Perguruan Tinggi
-
Ribuan Ilmuwan Geruduk Kantor Presiden, Tegaskan Kalau Perubahan Iklim Masalah Nyata!
-
Ilmuwan Buat Chip 6G Pertama di Dunia, Potensi Kecepatan Internet Tembus 100 Gbps
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
Teliti Makam Yesus, Ilmuwan Ungkap Fakta Mengejutkan Mengenai Kematian dan Kebangkitan
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter