Suara.com - Seiring bertambahnya usia, biasanya mobilitas seseorang akan menurun secara bertahan sehingga membuatnya sulit bergerak. Kondisi ini disebut juga sebagai masalah mobilitas episodik.
Istilah masalah mobilitas episodik ini sebenarnya tidak mengacu pada kondisi medis tertentu. Mobilitas mengacu pada kapasitas seseorang untuk bergerak dengan bebas dan mudah.
Dalam istilah medis, episodik berarti gejala yang tidak konstan. Mereka yang memiliki masalah mobilitas episodik mungkin mengalami periode di mana mereka bisa bergerak mudah dan lainnya menjadi lebih sulit bergerak.
Beberapa waktu lalau, Ratu Elizabeth II sempat dirumorkan mengalami masalah mobilitas episodik.
Pada Mei 2022 kala itu, istana mengumumkan bahwa Ratu Elizabeth II tidak bisa menghadiri Pembukaan Parlemen Negara untuk pertama kalinya dalam hampir 60 tahun.
"Ratu terus mengalami masalah mobilitas episodik dan berkonsultasi dengan dokternya," sebuah pernyataan dari Istana dikutip dari The Sun.
Masalah mobilitas episodik ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
- Proses penuaan
- Cedera
- Kegemukan
- Masalah kesehatan mental
- Kondisi neurologis
Kondisi ini bisa menyebabkan orang mengalami kesulitan berjalan dan bergerak seperti biasanya.
Selain menyebabkan rasa sakit fisik, mereka dapat memengaruhi kemandirian, kemampuan untuk menjaga diri sendiri, dan kesehatan mental mereka.
Baca Juga: Peneliti Temukan Virus Corona Covid-19 Tingkatkan Risiko Stroke Mata, Apa Itu?
Terkadang, orang juga tidak bisa bergerak atau mungkin mereka membutuhkan upaya lebih keras untuk mengoordinasikan gerakan tubuh mereka.
Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh gejala kondiri tertentu, seperti radang sendi atau kelemahan yang berhubungan dengan penuaan.
"Seiring bertambahnya usia, keausan sendi dan punggung dapat berarti bahwa kita memiliki lebih banyak radang sendi," kata Mohammed Abbas Khaki, seorang General Practitioner London.
Hal ini juga bisa terjadi ketika kita mencoba bangun dari duduk untuk waktu yang lama atau jika tidak melakukan pemanasan sebelum olahraga, otot dan persendian menjadi lebih sulit bergerak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan