Suara.com - Keluhan umum bisa menjadi tanda awal kanker mematikan, sebuah penelitian memperingatkan. Pasien yang menderita batu empedu lebih mungkin didiagnosis dengan adenokarsinoma duktus pankreas (PDAC).
Penelitian baru menemukan orang-orang dengan batu empedu enam kali lebih mungkin untuk mengembangkan kanker agresif.
Seperti dilansir dari NY Post, PDAC adalah jenis kanker pankreas yang paling umum, membuat lebih dari 90 persen kasus.
Seringkali berakibat fatal karena biasanya ditemukan pada stadium lanjut.
Marianna Papageorge, MD, peneliti utama pada studi dan rekan peneliti di Boston Medical Center, mengatakan kanker pankreas bisa sulit untuk didiagnosis dan kemudian peluang untuk bertahan hidup sangat tipis.
“Temuan kami menunjukkan bahwa penyakit batu empedu mungkin merupakan cara untuk mendiagnosis jenis kanker ini dengan lebih baik – yang berarti kami dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa.
“Penyakit batu empedu tidak menyebabkan kanker pankreas tetapi memahami hubungannya dengan PDAC dapat membantu memerangi tingkat kematian yang tinggi dengan kanker pankreas dengan memberikan kesempatan untuk diagnosis dan pengobatan lebih dini.
“Ini adalah penyakit yang mengerikan, dan kelangsungan hidup sangat rendah.
“Orang-orang hadir pada stadium lanjut, jadi apa pun yang dapat kami lakukan untuk mencoba mendiagnosis orang lebih awal dan memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan kuratif sangat penting.
“Ini mungkin menjadi kunci untuk lebih memahami langkah selanjutnya dalam skrining, manajemen, dan diagnosis dini.”
Dalam keterangannya mereka mengungkapkan hampir sepertiga orang mengabaikan tanda-tanda kanker yang mematikan.
Ada empat gejala utama kanker pankreas yang tidak boleh diabaikan, Kanker Pankreas UK telah memperingatkan.
Para ahli mengatakan penting untuk mencari bantuan sesegera mungkin karena kanker pankreas sering terlambat didiagnosis.
Gejala utama yang harus diwaspadai adalah sakit punggung, gangguan pencernaan, sakit perut, dan penurunan berat badan.
Jika Anda menderita salah satu dari ini selama lebih dari empat minggu, Anda harus pergi ke dokter umum.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!