Suara.com - Kasus cacar monyet terus dikabarkan meluas di berbagai negara dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerima laporan 92 kasus yang dikonfirmasi laboratorium dan 28 kasus dugaan dari 12 negara tidak endemik penyakit tersebut.
Beberapa kasus telah diidentifikasi melalui klinik kesehatan seksual dan penyelidikan sedang berlangsung.
Menurut WHO, bukti yang ada menunjukkan bahwa mereka yang paling berisiko adalah mereka yang pernah melakukan kontak fisik dekat dengan penderita cacar monyet, dan risiko itu tidak terbatas pada gay dan biseksual.
UNAIDS mendesak media, pemerintah, dan masyarakat untuk menanggapi dengan pendekatan berbasis bukti dan berbasis hak yang menghindari stigma.
“Stigma dan kesalahan merusak kepercayaan dan kapasitas untuk merespons secara efektif selama wabah seperti ini,” kata Matthew Kavanagh, Wakil Direktur Eksekutif UNAIDS.
“Pengalaman menunjukkan bahwa retorika stigmatisasi dapat dengan cepat menonaktifkan respons berbasis bukti dengan memicu siklus ketakutan, menjauhkan orang dari layanan kesehatan, menghambat upaya untuk mengidentifikasi kasus, dan mendorong tindakan hukuman yang tidak efektif”.
Kavanagh menyoroti bahwa agensi tersebut menghargai komunitas LGBTI karena telah memimpin dalam meningkatkan kesadaran akan Monkeypox dan menegaskan kembali bahwa penyakit itu dapat menyerang siapa saja.
“Wabah ini menyoroti kebutuhan mendesak bagi para pemimpin untuk memperkuat pencegahan pandemi, termasuk membangun kapasitas yang dipimpin masyarakat yang lebih kuat dan infrastruktur hak asasi manusia untuk mendukung tanggapan yang efektif dan tidak menstigmatisasi terhadap wabah”, katanya.
Badan tersebut mendesak semua media yang meliput Monkeypox untuk mengikuti pembaruan WHO.
Baca Juga: Inggris Konfirmasi Kasus Penularan Lokal Cacar Monyet Pertama, Bakal Jadi Pandemi Selanjutnya?
Badan kesehatan PBB mengatakan selama akhir pekan bahwa ketika situasi berkembang dan pengawasan meluas, diharapkan lebih banyak kasus Monkeypox akan diidentifikasi.
Sampai saat ini, semua kasus yang sampelnya dikonfirmasi oleh PCR telah diidentifikasi terinfeksi clade Afrika Barat. Urutan genom dari sampel swab dari kasus yang dikonfirmasi di Portugal menunjukkan kecocokan virus Monkeypox yang menyebabkan wabah saat ini, dengan kasus yang diekspor dari Nigeria ke Inggris, Israel dan Singapura pada 2018 dan 2019.
WHO mengatakan bahwa identifikasi kasus Monkeypox yang dikonfirmasi dan dicurigai tanpa hubungan perjalanan langsung ke daerah endemik merupakan 'peristiwa yang sangat tidak biasa'.
Monkeypox adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang sangat mirip dengan yang terlihat di masa lalu pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah.
Ada dua clade virus Monkeypox: clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah).
Nama Monkeypox berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada tahun 1958. Kasus manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia