Suara.com - Tidak banyak yang tahu sejarah pembalut awalnya dibuat untuk lelaki, pertama kali ditemukan pada 1700 untuk tentara yang terluka dan alami pendarahan saat perang.
Ide pembalut pertama kali ini dicetuskan oleh Presiden AS Benjamin Franklin, yang berpikir butuh kain atau alat yang sangat menyerap dan bisa dibuang setelah digunakan.
Menariknya, mengutip Channel News Asia, Kamis (26/5/2022) perempuan sudah menstruasi sebelum pembalut pertama ditemukan, mereka menggunakan berbagai macam bentuk pelindung menstruasi.
Selain menggunakan kain, para perempuan di masa lampau akan melapisi pakaian dalam mereka dengan apapun yang murah dan melimpah.
Di China, perempuan membuat pembalut menstruasi dengan memasukan pasir ke dalam kantong kain dan membungkusnya dengan erat. Saat pembalut basah, pasir akan dibuang, kantong kain akan dicuci untuk siklus berikutnya.
Di beberapa wilayah juga disebutkan, beberapa perempuan menggunakan rumput dan lumut, yang lantas menimbulkan pertanyaan ancaman infeksi di area genital perempuan saat itu.
Anehnya pada 1700 hingga 1900-an di Eropa dan Amerika, perempuannya saat itu tidak menggunakan apapun untuk menstruasi. Disebut-sebut, ini terjadi karena kemiskinan ekstrem yang melanda sebagian besar penduduk.
Namun saat itu bagi yang mampu, mereka sudah menggunakan apapun untuk menahan aliran menstruasi. Mereka akan menggunakan pembalut rajutan, wol domba, hingga bulu kelinci.
Setelahnya, pada 1980-an pembalut pertama resmi dijual dan digunakan untuk para perempuan. Pembalut saat itu terinspirasi dari perawat Prancis yang menggunakan pembalut berisi bubur kayu penyerap untuk menghentikan pendarahan berlebihan di medan perang.
Baca Juga: Periksa ke Dokter karena Siklus Menstruasi Tak Teratur, Perempuan Ini Ternyata Idap Adenomysis
Pembalut pertama saat itu bermerek Lister's Towels milik Johnson and Johnson, yang dirilis pada 1896. Tapi karena tidak banyak yang bisa membicarakannya, beberapa merek akhirnya sulit diiklankan atau dipasarkan.
Hingga akhirnya di 1921, Kimberly Clark menyiasatinya dengan meminta perempuan menyebut pembalut dengan Kotex yang merupalan kepanjangan dari tekstur yang seperti kapas. Hingga akhirnya nama itu identik dengan pembalut jingga saat ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah