Suara.com - Gagal jantung menjadi kondisi paling akhir dari penyakit jantung. Kondisi tersebut menandakan jantung tidak lagi bisa berfungsi dengan normal untuk memompa darah, sehingga pasien harus ditopang dengan mengonsumsi obat tertentu.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Vebiona Kartini Primaputri, mengatakan bahwa pasien gagal jantung harus disiplin mengonsumsi obat agar tidak terjadi perburukan kesehatan hingga memerlukan perawatan di rumah sakit.
Sebab, semakin sering pasien gagal jantung dirawat di rumah sakit, harapan hidupnya juga semakin sedikit.
"Setiap pasien itu dirawat karena gagal jantung, maka angka harapan hidup akan menurun. Makanya gimana caranya harus mengusahakan agar obat-obatan gagal jantung pada pasien harus optimal."
"Bagaimana caranya agar restriksi (penumpukan) cairan tidak terjadi. Sehingga tidak perlu perawatan di rumah sakit," kata dokter Vebi dalam webinar Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) beberapa waktu lalu.
Dokter Vebi mengungkapkan, berdasarkan data Kelompok Kerja Gagal Jantung dan Penyakit Kardiometabolik PERKI tercatat bahwa 17,2 persen pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit akan meninggal.
Dari jumlah tersebut, 11,3 persen di antaranya meninggal pada 1 tahun pertama pasca dirawat. Selain itu, 17 persen lainnya memerlukan perawatan berulang.
"Jantung yang sudah melebar kemungkinan besar tidak bisa kembali normal. Tapi yang bisa kita lakukan adalah mengontrol tanda dan gejala gagal jantung dengan pengobatan yang tepat," ujarnya.
Pasien gagal jantung biasanya akan diberikan empat pilar obat yang wajib dikonsumsi untuk mengontrol penyakitnya.
Baca Juga: Mengenal Primary PCI, Tindakan Kegawatdaruratan untuk Atasi Penyakit Jantung Koroner
Dari berbagai penelitian kesehatan di dunia, keempat obat tersebut telah terbukti efektif mengatasi gagal jantung dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Keempat obat tersebut, yakni Betablocker, ACE-i/ARNI, MRA, dan SGLT2-i.
"Ini dapat meningkatkan angka harapan hidup dari pasien gagal jantung, menurunkan angka kematian, memperbaiki kualitas hidup, kemudian juga dapat menurunkan angka hospitalisasi atau angka ke rumah sakit," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!