Suara.com - Tubuh manusia secara alami dapat mengembangkan dan membentuk benteng agar tidak terjangkit penyakit kanker. Hal itu dikatakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroentero-Hepatologi dr. Aru Sudoyo.
Ia menjelaskan bagaimana penyakit berbahaya itu muncul akibat pertumbuhan sel kanker dalam tubuh. Awalnya, sel kanker membelah secara tidak terkendali dan lebih cepat dari sel normal.
"Jadi awalnya sel normal terjadi kerusakan, kemudian terjadi mutasi berulang hingga menjadi sel kanker," jelas dr. Aru dalam webinar Yayasan Kanker Indonesia, Kamis (23/6/2022).
Dalam sistem imun, ada bagian tubuh yang memiliki tugas berpatroli ke seluruh tubuh untuk memastikan tidak ada sel abnormal bermutasi dan berisiko menjadi kanker.
"Kenapa ada yang tidak kena kanker? Karena kita punya 'montir' yang keliling tubuh untuk mereparasi. Prinsipnya keseimbangan, kalau sistem security dikalahkan, maka akan jadi kanker," ujarnya.
Keseimbangan sistem imun itu sangat tergantung dengan gaya hidup yang dilakukan, lanjut dr. Aru.
Itu sesuai dengan data di mana 90 sampai 95 persen kanker terjadi karena lingkungan, yakni gaya hidup, kebiasaan merokok, pola makan, serta aktivitas fisik.
"Hanya kita yang bisa membuat keseimbangan itu dengan pola hidup sehat, makan sehat, olahraga rutin, juga tidak merokok," ucap Ketua Umum YKI tersebut.
Secara umum, kanker bisa 100 persen disembuhkan apabila diobati saat masih stadium satu atau dua. Sayangnya, kata dr. Aru, 70 persen pasien kanker di Indonesia baru datang berobat saat sudah mencapai stadium tiga dan empat.
Baca Juga: 5 Manfaat Melakukan Kontak Mata saat Berkomunikasi dengan Lawan Bicara
Sehingga, pengobatan jadi lebih sulit dan harapan hidup pun lebih rendah. Dokter Aru menambahkan bahwa jumlah pengidap kanker di Indonesia sebenarnya tidak pasti akibat data kanker yang masih berasal dari rumah sakit.
"Tapi angkanya sangat tinggi dibandingkan dengan negara tetangga kita, terutama dari segi jumlah. Perlu saya katakan juga ada beberapa jenis kanker yang sedang merangkak ke atas, naik ranking. Seperti kanker usus besar, kanker hati, dan kanker nasofaring," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025