Suara.com - Penggunaan fitness tracker yang semakin populer akhir-akhir ini menurut pakar merupakan hal baik. Sebab, studi membuktikan fitness tracker terbukti meningkatkan frekuensi aktivitas fisik seseorang.
Dalam jurnal yang diterbitkan di Lancet Digital Health, diketahui bahwa menggunakan fitness tracker mampu meningkatkan aktivitas fisik seseorang dari 'rendah' menjadi 'sedang' bahkan 'tinggi'.
Studi dilakukan dengan menganalisa 39 penelitian lainnya tentang efektivitas fitness tracker. Partisipan berjumlah lebih dari 164.000 dari seluruh dunia, dari berbagai kalangan usia.
Studi menemukan bahwa penggunaan fitness tracker berpengaruh terhadap keinginan seseorang melakukan aktivitas fisik dan olahraga hingga 40 menit lebih tinggi dari sebelumnya. Manfaat ini setara dengan jalan kaki 1.800 langkah hingga penurunan berat badan 1 kilogram.
"Penggunaan fitness tracker bermanfaat bagi seluruh kelompok usia. Alat ini membantu mengajak orang untuk rutin berolahraga dan menurunkan berat badan," terang Ty Ferguson, peneliti dari University of South Australia, dikutip dari Medical Daily.
Meski begitu, Carol Maher juga peneliti dari UniSA mengingatkan bahwa penggunaan fitness tracker tidak akan menurunkan berat badan Anda secara drastis. Perubahan yang terjadi lebih kepada gaya hidup.
"Rata-rata manusia bertambah berat badannya 0,5 kg setiap tahun. Sehingga penurunan berat badan 1 kg setelah 5 bulan tidak terlalu signifikan, apalagi jika sebelumnya Anda kelebihan berat badan atau obesitas," tuturnya.
Ferguson menambahkan bahwa manfaat penggunaan fitness tracker juga dirasakan secara mental. Dengan meningkatnya aktivitas fisik, risiko mengalami depresi dan kecemasan pun berkurang.
Penelitian ini menyebut penggunaan fitness tracker sangat disarankan bagi Anda yang ingin lebih aktif dan menurunkan berat badan. Apalagi, fitness tracker kini sudah banyak dijual dengan harga murah.
Baca Juga: Studi: Teman Bisa Pengaruhi Suasana Hati
"Ini adalah intervensi biaya rendah untuk mengatasi aktivitas fisik yang sangat kurang, apalagi dengan gaya hidup modern yang membuat orang jarang bergerak," tuturnya lagi.
Berita Terkait
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Maia Estianty Bongkar Cara Aging Gracefully di Tengah Kesibukan: Kuncinya Bukan Melawan Waktu!
-
Riset: Orang Indonesia Dengar Podcast 2-3 Kali Seminggu, Durasi hingga 1 Jam
-
Teknologi Penangkap dan Penyimpan Karbon Bakal Dipasang di PLTU Sumut, Studi Kelayakan Disusun
-
PNM Berdayakan Nasabah Mekaar Lewat Studi Banding Olahan Keju untuk Dorong Inovasi Usaha
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis