Suara.com - Selain kekurangan secara jumlah, distribusi atau sebaran dokter jantung di Indonesia juga tidak merata. Bahkan dokter spesialis jantung hanya terkonsentrasi di kota-kota besar saja.
Hal ini dibenarkan Sekjen Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA.
Ia mengatakan, dokter jantung tidak bisa bekerja sendiri, tapi memerlukan teknologi dan alat untuk bekerja.
Dokter jantung di Indonesia bekerja secara kuratif atau mengobati penyakit jantung, sehingga membutuhkan alat untuk melakukan tindakan medis. Sayangnya, sebagian besar alat hanya tersedia di kota besar.
"Kok lebih banyak yang di kota nih, daripada yang di desa. Nah itu tadi, salah satunya adalah karena di tempat yang lebih kecil kadang kadang sarana itu belum terlalu memadai," ujar dr. Oktavia dalam acara diskusi Jumat (4/8/2022).
Beberapa alat yang dibutuhkan seperti USG jantung atau eko-kardiografi untuk mendeteksi anatomi dan kelainan fungsi jantung.
Termasuk membutuhkan alat invasif untuk pengecekan melalui katarisasi jantung, CT Scan, Cardiac MRI dan sebagainya.
Adakalanya dokter jantung juga perlu menjalani tindakan pembedahan jantung, yang juga dalam melakukannya perlu bekerjasama dokter atau tenaga kesehatan (nakes) penunjang lainnya, yang juga umumnya belum tersebar di seluruh Indonesia.
"Dalam melakukan pelayanan cardivaskular ini, kita tidak berjalan sendiri ya, kita didukung juga oleh spesialis spesialis yang lain, otomatis ini harus ada kolaborasi yang baik, dengan kolaborasi yang baik jadi teamwork, ini adalah tugas team work," tutur dr. Oktavia.
Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, Jantung Eddy Gombloh Bengkak
Ketua PERKI, Dr. Radityo Prakoso, SpJP(K) menambahkan, pemerataan dokter spesialis jantung bukan hanya tugas organisasi profesi.
Ia menyebut perlu keterlibatan berbagai pihak seperti Kemenkes, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Pemerintah Kabupaten Kota, rumah sakit daerah dan swasta, bahkan masyarakat.
"Jadi ini distribusi ini saya kira, bukan monopoli di bidang cardiovaskular ya, ini di semua lini. Jadi jangan dianggap ini khusus dokter jantung aja nih, gak, ini itu semua, ini masalah kita semua," tegas Dr. Radityo.
Kini PERKI juga mendukung Kemenkes yang fokus melakukan reformasi sistem kesehatan Indonesia, salah satunya pemerataan dokter spesialis, termasuk dokter spesialis jantung.
"Sekarang kita sedang memproses ya, menambah produksi dokter jantung. Jadi dengan semakin majunya Indonesia dengan pemerataan di bidang pembangunan ini mulai dikerjakan," tutup Dr. Radityo.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara