Suara.com - Di saat Indonesia kekurangan tenaga kesehatan (nakes), namun tak menampik banyak diaspora dokter spesialis yang tidak kembali ke Indonesia dan berkiprah di Tanah Air.
Hal ini mendapat tanggapan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), yang mengungkap beberapa alasan diaspora, khususnya dokter spesialis jantung yang menempuh pendidikan di luar negeri tapi enggan berkiprah di Indonesia.
Seperti diketahui, jumlah dokter jantung di Indonesia saat ini 1 orang melayani 100 ribu penduduk, padahal idealnya 28 dokter spesialis melayani 100 ribu penduduk.
Ketua Umum PERKI, Dr. Radityo Prakoso, SpJP(K) mengatakan para dokter jantung diaspora yang kembali ke Indonesia, harus berhadapan pad situasi yang tidak sama dengan di luar negeri, dari mulai karakteristik masyarakat hingga jenis penyakit yang merebak.
"Di negara Nordik (Eropa Utara) sana itu kebanyakan usianya di usia lanjut, usia bawah remaja atau anak anak nggak terlalu banyak, sehingga problem banyakan di penyakit regeneratif dengan segala kompleksitasnya. Kita di sini bahkan dari penyakit yang tidak ketemu di luar, di kita masih ada," ungkap Dr. Radityo dalam acara diskusi Kamis (4/8/2022).
Hal yang sama juga diungkap Sekjen PERKI, dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA mengatakan banyak dokter jantung yang sudah terbiasa dengan teknologi yang ada di luar negeri, sehingga sebagian dari mereka khawatir tidak bisa bekerja dengan teknologi Indonesia yang umumnya masih terbatas.
"Ada waktu itu yang bilang sama saya gini 'saya mau balik ke sana dan kemampuan saya seperti ini, saya sudah mengerjakan begitu banyak kecanggihan-kecanggihan teknologi. Saya takut kalau saya balik di sana, nggak ada alatnya dan saya nggak bisa kerja' itu mungkin juga salah satu pikiran mereka," ungkap dr. Oktavia.
Selain itu ada juga fenomena di luar negeri, para dokter mendapatkan hidup dengan fasilitas aman dan nyaman untuk bekerja, ditambah jaminan kesejahteraan apabila terjadi sesuatu kepada mereka.
Salah satunya adanya fasilitas kesehatan yang sama rata untuk semua masyarakat, termasuk dokter sekalipun. Sehingga kesehatan dokter juga ikut terjamin selama bertugas sebagai nakes di luar negeri.
Baca Juga: Benarkah Angin Duduk Sebabkan Kematian, Dokter Tirta Ungkap Faktanya
"Nah, kalau saya kerja di sini apakah saya juga akan mendapatkan hal yang sama dan kenyamanan yang sama," tutup dr. Oktavia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja