Suara.com - Pejabat Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan enam kebijakan yang perlu dilakukan seluruh negara untuk mengakhiri status pandemi Covid-19 di dunia.
Mohammad Syahril menyebutkan bahwa WHO sudah menyebutkan sudah ada tanda-tanda pandemi segera berakhir. Kebijakan yang diberikan oleh WHO ini menjadi panduan agar seluruh negara bisa menerapkannya.
"WHO mengatakan sudah ada tanda-tanda pandemi segera berakhir dan telah di depan mata. Kebijakan ini menjadi panduan seluruh dunia untuk bisa menerapkannya," kata Mohammad Syahril dalam konferensi pers virtual yang diikuti melalui Zoom di Jakarta, Jumat.
Pertama, cakupan vaksinasi Covid-19 pada kelompok prioritas seperti tenaga kesehatan harus mencapai 100 persen. Sementara itu, cakupan vaksinasi pada lansia minimal harus memenuhi 97 persen.
Sampai dengan 15 September 2022, total cakupan dosis pertama di Indonesia mencapai 203,92 juta peserta atau 86,90 persen, dosis kedua 170,55 juta peserta atau 72,68 persen dan dosis ketiga atau booster mencapai 62.080.191 peserta atau 26,45 persen dari total keseluruhan sasaran 234,66 juta orang.
Sudah ada tiga daerah provinsi yang cakupan vaksinasi booster pertama di atas 50 persen.
"Booster pertama ini sudah ada tiga daerah provinsi, yakni Bali, DKI Jakarta dan Riau yang sudah di atas 50 persen. Sedangkan lainnya antara 30-50 persen itu ada delapan provinsi dan selebihnya masih di bawah 30 persen," katanya.
WHO juga merekomendasikan pelacakan kasus melalui testing dan sekuensing, termasuk gangguan respiratori lain seperti influenza.
Menurut Syahril, seluruh negara dituntut untuk memiliki kesiapan sistem kesehatan guna memberikan pelayanan pada pasien dan mengintegrasikan pelayanan COVID-19 dengan sistem pelayanan kesehatan primer di tingkat puskesmas maupun klinik untuk segera mengakhiri status pandemi.
Baca Juga: Ada Tiga Kelompok Rentan Terpapar Cacar Monyet, Kemenkes Jadikan Prioritas Penerima Vaksin
Hal itu bertujuan agar masyarakat mudah dalam mengakses pelayanan perawatan saat terinfeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Kebijakan berikutnya adalah persiapan negara dalam menghadapi lonjakan kasus dengan memastikan seluruh fasilitas dan tenaga kesehatan yang dibutuhkan telah tersedia.
"WHO juga mendorong pencegahan dan pengendalian infeksi dengan cara melindungi petugas kesehatan dan pasien COVID-19 di fasilitas kesehatan," katanya.
Terakhir, penyampaian informasi terkait situasi COVID-19 secara jelas kepada masyarakat terkait perubahan apapun dalam kebijakan COVID-19 disertakan alasan.
"Selain itu, perlu ada pelatihan nakes untuk mengidentifikasi dan menyampaikan informasi tersebut dan mengembangkan informasi yang berkualitas tinggi dalam format digital," katanya. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Ada Tiga Kelompok Rentan Terpapar Cacar Monyet, Kemenkes Jadikan Prioritas Penerima Vaksin
-
Wisma Atlet Alami Kerusakan Saat Jadi RSDC, Kementerian PUPR Minta Segera Audit
-
Kementerian PUPR Percepat Serah Terima Wisma Atlet Kemayoran
-
Tanya Dokter: Apakah Anak Bisa Terkena Long Covid, Dok?
-
Hari Jadi Karawang Ke-389 Jadi Momentum Kebangkitan Pasca Pandemi Covid-19
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan